Saturday, January 14, 2006

Urgensi Muhasabah

Tausyiah - Jumat, 28 Oktober 2005

"Wahai orang-orang yang beriman! bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan" (Q.S Al-Hasyr:18)

Sesungguhnya kita sebagai muslim dituntut untuk senantiasa bermuhasabah (introspeksi) diri. Apakah yang kita kerjakan sudah sesuai dengan ketentuan yang digariskan Allah SWT. Atau apakah kita mengerjakan sesuatu hanya semau gue yaitu untuk memuaskan keinginan dunia atau hawa nafsu kita saja.

Karena alangkah meruginya, apabila yang kita lakukan dengan susah payah dengan mengorbankan waktu, tenaga dan harta benda, tidaklah bernilai apapun di hadapan-Nya, dan alangkah bodohnya kita apabila telah membiarkan waktu hidup kita di dunia yang sedikit ini berlalu begitu saja, tanpa memperoleh keuntungan yang besar yaitu keuntungan pahala di akhirat nanti.

Ibarat orang yang sedang berjalan di jalan yang basah dan licin, penuh semak dan duri, kita harus terus berhati-hati mengayunkan langkah. Menengok kebelakang untuk memastikan kebenaran jalan dan memeriksa kedepan untuk memulai langkah kembali.

Bermuhasabah agar segera dapat berbalik pabila jalan itu salah, dan tidak terperosok sangat dalam ketika tergelincir ke dalam lubang. Marilah kita contoh Rasulullah SAW, yang kesuciannya dijaga oleh Allah SWT, akan tetapi beliau kerap kali menangis dalam doa-doanya dan selalu mengakhiri kesehariannya dengan beristighfar, memohon ampun kepada Allah.

Apalah lagi kita manusia lemah yang mudah salah dan tergoda, sepatutnyalah kita untuk lebih sering lagi untuk bermuhasabah. Kita dapat memanfaatkan momen-momen sehabis sholat lima waktu, untuk mengevaluasi kembali apa yang telah kita lakukan diantara dua waktu shalat kita dan juga meninjau kembali rencana-rencana kerja yang hendak dilakukan.

Musahabah, tentulah bukan hanya pada saat kita telah selesai melaksanakan sesuatu saja, akan tetapi mencakup tiga lingkup yang lebih luas lagi, yaitu :

1. Sebelum melakukan sesuatu.
Yaitu dengan meluruskan niat. Segala perbuatan yang baik tidak akan berarti tanpa diawali dengan niat yang ikhlas. Dalam hadis terkenal yang diriwayatkan dari Umar bin Khattab a.s. dikatakan, "Sesungguhnya amal-amal itu hanya tergantung kepada niat" (HR Bukhari Muslim). Dari hadist di atas tercerminlah betapa pentingnya niat ketika hendak melakukan amalan karena kita hanya akan mendapat sesuai dengan apa yang kita niatkan.

Maka sebelum melakukan sesuatu, marilah kita bermuhasabah memperbaiki niat kita kembali, yaitu semata dilakukan hanya untuk mengharap ridho Allah semata.

2. Saat melakukan sesuatu.
Terkadang ketika sudah mengawali perbuatan dengan niat yang ikhlas, lalu kemudian di tengah jalan, menemui rintangan dan godaan baik yang berupa bisikan setan maupun godaan dari sesama manusia. Sehingga tanpa disadari membelokkan jalan kita ke arah keburukan.

Kewaspadaan sangat dibutuhkan karena setan sangatlah pandai meniupkan godaan-godaan halusnya. Misalkan saja perasaan riya ataupun sombong yang hinggap karena mendapat sanjungan ketika sedang melakukan amalan yang baik ataupun tergoda uang dan sebagainya.

Di dalam Al-Quran Allah telah berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa apabila mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya)"( Q.S Al-A'raf : 201)

Oleh karena itu marilah kita senantiasa berhati-hati, dan selalu bermuhasabah di tengah langkah kita, seraya memohon perlindungan dan ampunan kepada Allah SWT.

3. Sesudah melakukan sesuatu.
Kesalahan dan dosa yang terlanjur diperbuat, sebesar apapun insya Allah diperkenankan untuk diampuni-Nya asalkan kita memohon ampun dan bertaubat dengan sebenar-benarnya. Senantiasa bermusahabah sesudah melakukan sesuatu, seperti membersihkan debu-debu yang melekat di kaca setiap kali, dengan tidak membiarkan debu-debu tersebut menjadi bertumpuk-tumpuk sehingga susah untuk dibersihkan dan susah untuk mengembalikan kilapannya. Demikianlah juga diri kita yang harus selalu dijaga dari segala dosa sehingga kita mudah untuk menerima bimbinganNya menuju jalan islam yang lurus.

Wahai orang2 yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah2an Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkankamu ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama denannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan disebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sungguh engkau maha kuasa atas segala sesuatu" (Q.S At Tahrim: 8).

Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan HidayahNya, agar kita dapat menjadi orang yang beruntung dunia dan akhirat dengan selalu bermuhasabah terhadap diri kita, Amien.