Wednesday, November 7, 2007

Kisah Dialog Rasulullah SAW Dengan Iblis

Diriwayatkan oleh Muadz bin Jabal r.a. dari Ibn Abbas r.a., ia berkata :
" Kami bersama Rasululah SAW berada di rumah seorang sahabat
dari golongan Anshar dalam sebuah jamaah. Tiba-tiba, ada yang
memanggil dari luar : " Wahai para penghuni rumah, apakah kalian
mengizinkanku masuk, karena kalian membutuhkanku ".

Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat :
" Apakah kalian tahu siapa yang menyeru itu ?".
Para sahabat menjawab , " Tentu Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui ". Rasulullah berkata : " Dia adalah Iblis yang terkutuk
- semoga Allah senantiasa melaknatnya" .

Umar bin Khattab r.a. berkata :" Ya, Rasulullah , apakah engkau
mengijinkanku untuk membunuhnya? ".

Nabi SAW berkata pelan :" Bersabarlah wahai Umar, apakah
engkau tidak tahu bahwa dia termasuk mereka yang tertunda
kematiannya sampai waktu yang ditentukan [hari kiyamat]?.
Sekarang silakan bukakan pintu untuknya, karena ia sedang
diperintahkan Allah SWT. Fahamilah apa yang dia ucapkan dan
dengarkan apa yang akan dia sampaikan kepada kalian ! ".

Ibnu Abbas berkata : " Maka dibukalah pintu, kemudian Iblis
masuk ke tengah-tengah kami. Ternyata dia adalah seorang yang
sudah tua bangka dan buta sebelah mata. Dagunya berjanggut
sebanyak tujuh helai rambut yang panjangnya seperti rambut kuda,
kedua kelopak matanya [masyquqatani] memanjang [terbelah ke-atas,
tidak kesamping], kepalanya seperti kepala gajah yang sangat besar,
gigi taringnya memanjang keluar seperti taring babi, kedua bibirnya
seperti bibir macan / kerbau [tsur].

Dia berkata, " Assalamu 'alaika ya Muhammad, assalamu 'alaikum
ya jamaa'atal-muslimin [salam untuk kalian semua wahai golongan
muslimin]".

Nabi SAW menjawab :" Assamu lillah ya la'iin [Keselamatan hanya
milik Allah SWT, wahai makhluq yang terlaknat. Aku telah mengetahui,
engkau punya keperluan kepada kami. Apa keperluanmu wahai Iblis".

Iblis berkata :" Wahai Muhammad, aku datang bukan karena keinginanku
sendiri, tetapi aku datang karena terpaksa [diperintah] ."

Nabi SAW berkata :" Apa yang membuatmu terpaksa harus datang kesini,
wahai terlaknat?".

Iblis berkata," Aku didatangi oleh seorang malaikat utusan
Tuhan Yang Maha Agung, ia berkata kepada-ku 'Sesungguhnya
Allah SWT menyuruhmu untuk datang kepada Muhammad SAW
dalam keadaan hina dan bersahaja. Engkau harus memberitahu
kepadanya bagaimana tipu muslihat, godaanmu dan rekayasamu
terhadap Bani Adam, bagaimana engkau membujuk dan merayu
mereka. Engkau harus menjawab dengan jujur apa saja yang
ditanyakan kepa-damu' .
Allah SWT bersabda," Demi kemulia-an dan keagungan-Ku,
jika engkau berbohong sekali saja dan tidak berkata benar, niscaya
Aku jadikan kamu debu yang dihempas oleh angin dan Aku puaskan
musuhmu karena bencana yang menimpamu". Wahai Muhammad,
sekarang aku datang kepadamu sebagaimana aku diperintah.
Tanyakanlah kepadaku apa yang kau inginkan.
Jika aku tidak memuaskanmu tentang apa yang kamu tanyakan kepadaku,
niscaya musuhku akan puas atas musibah yang terjadi padaku.
Tiada beban yang lebih berat bagiku daripada leganya musuh-musuhku
yang menimpa diriku".

Rasulullah kemudian mulai bertanya :" Jika kamu jujur, beritahukanlah
kepada-ku, siapakah orang yang paling kamu benci ?".

Iblis menjawab :" Engkau, wahai Muhammad, engkau adalah makhluq
Allah yang paling aku benci, dan kemudian orang-orang yang mengikuti
agamamu".

Rasulullah SAW :" Siapa lagi yang kamu benci?".

Iblis :" Anak muda yang taqwa, yang menyerahkan jiwanya
kepada Allah SWT".

Rasulullah :" Lalu siapa lagi ?".

Iblis :" Orang Alim dan Wara [menjaga diri dari syubhat]
yang saya tahu, lagi penyabar".

Rasulullah :" Lalu, siapa lagi ?".

Iblis :" Orang yang terus menerus menjaga diri dalam keadaan
suci dari kotoran".

Rasulullah :" Lalu, siapa lagi ?".

Iblis :" Orang miskin [fakir] yang sabar, yang tidak menceritakan
kefakirannya kepada orang lain dan tidak mengadukan keluh-kesahnya ".

Rasulullah :" Bagaimana kamu tahu bahwa ia itu penyabar ?".

Iblis :" Wahai Muhammad, jika ia mengadukan keluh kesahnya
kepada makhluq sesamanya selama tiga hari, Tuhan tidak memasukkan
dirinya ke dalam golongan orang-orang yang sabar ".

Rasulullah :" Lalu, siapa lagi ?".

Iblis :" Orang kaya yang bersyukur ".

Rasulullah bertanya :" Bagaimana kamu tahu bahwa ia bersyukur ?".

Iblis :" Jika aku melihatnya meng-ambil dari dan meletakkannya
pada tempat yang halal".

Rassulullah :"Bagaimana keadaanmu jika umatku mengerjakan shalat ?".

Iblis :"Aku merasa panas dan gemetar".

Rasulullah :"Kenapa, wahai terlaknat?".

Iblis :" Sesungguhnya, jika seorang hamba bersujud kepada Allah
sekali sujud saja, maka Allah mengangkat derajatnya satu tingkat".

Rassulullah :"Jika mereka shaum ?".

Iblis : " Saya terbelenggu sampai mereka berbuka puasa" .

Rasulullah :" Jika mereka menunaikan haji ?".

Iblis :" Saya menjadi gila".

Rasulullah :"Jika mereka membaca Al Qur'an ?'.

Iblis :' Aku meleleh seperti timah meleleh di atas api".

Rasulullah :" Jika mereka berzakat ?".

Iblis :" Seakan-akan orang yang berzakat itu mengambil
gergaji / kapak dan memotongku menjadi dua".

Rasulullah :" Mengapa begitu, wahai Abu Murrah ?".

Iblis :" Sesungguhnya ada empat manfaat dalam zakat itu.
Pertama, Tuhan menurunkan berkah atas hartanya. Kedua,
menjadikan orang yang bezakat disenangi makhluq-Nya
yang lain. Ketiga, menjadikan zakatnya sebagai penghalang
antara dirinya dengan api neraka. Ke-empat, dengan zakat,
Tuhan mencegah bencana dan malapetaka agar tidak menimpanya".

Rasulullah :"Apa pendapatmu tentang Abu Bakar?".

Iblis :" Wahai Muhammad, pada zaman jahiliyah,
dia tidak taat kepadaku, bagaimana mungkin dia akan
mentaatiku pada masa Islam".

Rasulullah :" Apa pendapatmu tentang Umar ?".

Iblis :" Demi Tuhan, tiada aku ketemu dengannya
kecuali aku lari darinya".

Rasulullah :"Apa pendapatmu tentang Utsman ?".

Iblis :" Aku malu dengan orang yang para malaikat
saja malu kepadanya".

Rasulullah :"Apa pendapatmu tentang Ali bin Abi Thalib ?".

Iblis :" Andai saja aku dapat selamat darinya dan tidak pernah
bertemu dengannya [menukar darinya kepala dengan kepala],
dan kemudian ia meninggalkanku dan aku meninggalkannya,
tetapi dia sama sekali tidak pernah melakukan hal itu".

Rasulullah :" Segala puji hanya bagi Allah yang telah
membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu sampai hari kiamat".

Iblis yang terlaknat berkata kepada Muhammad :" Hay-hata hay-hata
[tidak mungkin- tidak mungkin]. Mana bisa umatmu bahagia sementara
aku hidup dan tidak mati sampai hari kiamat. Bagaimana kamu senang
dengan umatmu sementara aku masuk ke dalam diri mereka melalui
aliran darah, daging, sedangkan mereka tidak melihatku. Demi Tuhan
yang menciptakanku dan membuatku menunggu sampai hari mereka
dibangkitkan. Akan aku sesatkan mereka semua, baik yang bodoh
maupun yang pandai, yang buta-huruf dan yang melek-huruf. Yang kafir
dan yang suka beribadah, kecuali hamba yang mukhlis [ikhlas]".

Rasulullah :"Siapa yang mukhlis itu menurutmu ?".

Iblis dengan panjang-lebar menjawab :" Apakah engkau tidak tahu,
wahai Muhammad. Barangsiapa cinta dirham dan dinar, dia tidak
termasuk orang ikhlas untuk Allah. Jika aku melihat orang tidak suka
dirham dan dinar, tidak suka puji dan pujaan, aku tahu bahwa dia itu
ikhlas karena Allah, maka aku tinggalkan ia. Sesungguhnya hamba
yang mencintai harta, pujian dan hatinya tergantung pada nafsu
[syahwat] world, dia lebih rakus dari orang yang saya jelaskan kepadamu.

Tak tahukah engkau, bahwa cinta harta termasuk salah satu dosa besar.
Wahai Muhammad, tak tahukan engkau bahwa cinta kedudukan [riyasah]
termasuk dosa besar. Dan bahwa sombong, juga termasuk dosa besar.
Wahai Muhammad, tidak tahukan engkau, bahwa aku punya tujuh puluh
ribu anak. Setiap anak dari mereka, punya tujuh puluh ribu syaithan.
Diantara mereka telah aku tugaskan untuk menggoda golongan ulama,
dan sebagian lagi menggoda anak muda, sebagian lagi menggoda
orang-orang tua, dan sebagian lagi menggoda orang-orang lemah.

Adapun anak-anak muda, tidak ada perbedaan di antara kami dan mereka,
sementara anak-anak kecilnya, mereka bermain apa saja yang mereka
kehendaki bersamanya. Sebagian lagi telah aku tugaskan untuk
menggoda orang-orang yang rajin beribadah, sebagian lagi untuk
kaum yang menjauhi world [zuhud]. Setan masuk ke dalam dan keluar
dari diri mereka, dari suatu keadaan ke keadaan yang lain, dari satu
pintu ke pintu yang lain, sampai mereka mempengaruhi manusia dengan
satu sebab dari sebab-sebab yang banyak. Lalu syaithan mengambil
keikhlasan dari mereka. Menjadikan mereka menyembah Allah tanpa
rasa ikhlas, tetapi mereka tidak merasa. Apakah engkau tidak tahu,
tentang Barshisha, sang pendeta yang beribadah secara ikhlas selama
tujuh puluh tahun, hingga setiap orang yang sakit menjadi sehat berkat
da'wahnya. Aku tidak meninggalkannya sampai dia dia berzina,
membunuh, dan kafir [ingkar]. Dialah yang disebut oleh Allah dalam
Qur'an dengan firmannya [dalam Surah Al Hasyr] :"

(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan)
syaitan ketika mereka berkata pada manusia:"Kafirlah kamu",
maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata:"Sesungguhn ya
aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut
kepada Allah, Rabb semesta alam". (QS. 59:16).

Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa kebohongan itu
berasal dariku. Akulah orang yang pertama kali berbohong. Barangsiapa
berbohong, dia adalah temanku, dan barangsiapa berbohong kepada Allah,
dia adalah kekasihku. Apakah engkau tidak tahu, bahwa aku bersumpah
kepada Adam dan Hawa, " Demi Allah aku adalah penasihat kamu berdua".
Maka, sumpah palsu merupakan kesenangan hatiku, ghibah, membicarakan
kejelekan orang lain, dan namimah, meng-adu domba adalah buah
kesukaanku, melihat yang jelek-jelek adalah kesukaan dan kesenanganku.
Barangsiapa thalaq, bersumpah untuk cerai, dia mendekati perbuatan dosa,
meskipun hanya sekali, dan meskipun ia benar. Barangsiapa membiasakan
lisannya dengan ucapan cerai, istrinya menjadi haram baginya. Jika mereka
masih memiliki keturunan sampai hari kiyamat, maka anak mereka
semuanya adalah anak-anak hasil zina. Mereka masuk neraka hanya
karena satu kata saja.

Wahai Muhammad, sesungguhnya diantara umatmu ada yang
meng-akhirkan shalat barang satu dua jam. Setiap kali mau shalat,
aku temani dia dan aku goda dia. Kemudian aku katakan kepadanya:
" Masih ada waktu, sementara engkau sibuk". Sehingga dia mengakhirkan
shalatnya dan mengerjakannya tidak pada waktunya, maka Tuhan memukul
wajahnya. Jika ia menang atasku, maka aku kirim satu syaithan yang
membuatnya lupa waktu shalat. Jika ia menang atasku, aku tinggalkan dia
sampai ketika mengerjakan shalat aku katakan kepadanya,'
Lihatlah kiri-kanan', lalu ia menengok. Saat itu aku usap wajahnya
dengan tanganku dan aku cium antara kedua matanya dan aku katakan
kepadanya,' Aku telah menyuruh apa yang tidak baik selamanya'.
Dan engkau sendiri tahu wahai Muhammad, siapa yang sering menoleh
dalam shalatnya, Allah akan memukul wajahnya.

Jika ia menang atasku dalam hal shalat, ketika shalat sendirian,
aku perintahkan dia untuk tergesa-gesa. Maka ia 'mencucuk' shalat
seperti ayam mematuk biji-bijian dengan tergesa-gesa. Jika ia menang
atasku, maka ketika shalat berjamaah aku cambuk dia dengan 'lijam'
[cambuk] lalu aku angkat kepalanya sebelum imam mengangkat kepalanya.
Aku letakkan ia hingga mendahului imam. Kamu tahu bahwa siapa
yang melakukan itu, batal-lah shalatnya dan Allah akan mengganti
kepalanya dengan kepala keledai pada hari kiyamat nanti.

Jika ia masih menang atasku, aku perintahkan dia untuk mengacungkan
jari-jarinya ketika shalat sehingga dia mensucikan aku ketika ia sholat.
Jika ia masih menang, aku tiup hidungnya sampai dia menguap. Jika ia
tidak menaruh tangan di mulutnya, syaithan masuk ke dalam perutnya
dan dengan begitu ia bertambah rakus di world dan cinta world.
Dia menjadi pendengar kami yang setia.

Bagaimana umatmu bahagia sementara aku menyuruh orang miskin
untuk meninggalkan shalat. Aku katakan kepadanya,' Shalat tidak wajib
atasmu. Shalat hanya diwajibkan atas orang-orang yang mendapatkan
ni'mat dari Allah'. Aku katakan kepada orang yang sakit :" Tinggalkanlah
shalat, sebab ia tidak wajib atasmu. Shalat hanya wajib atas orang yang
sehat, karena Allah berkata :" Tidak ada halangan bagi orang buta,
tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, .........

Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat(Nya) bagimu,
agar kamu memahaminya. (QS. 24:61) Tidak ada dosa
bagi orang yang sakit. Jika kamu sembuh, kamu harus
shalat yang diwajibkan". Sampai dia mati dalam keadaan kafir.
Jika dia mati dan meninggalkan shalat ketika sakit, dia bertemu
Tuhan dan Tuhan marah kepadanya. Wahai Muhammad, jika aku
bohong dan ngawur, maka mintalah kepada Tuhan untuk membuatku
jadi pasir. Wahai Muhammad, bagaimana engkau bahagia melihat
umatmu, sementara aku mengeluarkan seper-enam umatmu dari Islam.

Nabi berkata :" Wahai terlaknat, siapa teman dudukmu ?".

Iblis :" Pemakan riba".

Nabi :" Siapa teman kepercayaanmu [shadiq] ?".

Iblis :" Pe-zina".

Nabi :" Siapa teman tidurmu ?".

Iblis :" Orang yang mabuk".

Nabi :" Siapa tamumu ?".

Iblis :" Pencuri".

Nabi :" Siapa utusanmu ?".

Iblis :"Tukang Sihir" .

Nabi :" Apa kesukaanmu ?".

Iblis :" Orang yang bersumpah cerai".

Nabi :"Siapa kekasihmu ?".

Iblis :"Orang yang meninggalkan shalat Jum'at".

Nabi :"Wahai terlaknat, siapa yang memotong punggungmu ?".

Iblis :"Ringkikan kuda untuk berperang di jalan Allah".

Nabi :" Apa yang melelehkan badanmu ?".

Iblis :"Tobatnya orang yang bertaubat".

Nabi :"Apa yang menggosongkan [membuat panas] hatimu ?".

Iblis :" Istighfar yang banyak kepada Allah siang-malam.

Nabi :" Apa yang memuramkan wajahmu (membuat merasa malu dan hina)?".

Iblis :" Zakat secara sembunyi-sembunyi" .

Nabi :" Apa yang membutakan matamu ?".

Iblis :" Shalat diwaktu sahur [menjelang shubuh]" .

Nabi :" Apa yang memukul kepalamu ?".

Iblis :" Memperbanyak shalat berjamaah".

Nabi :" Siapa yang paling bisa membahagiakanmu ?".

Iblis :" Orang yang sengaja meninggalkan shalat" .

Nabi :" siapa manusia yang paling sengsara [celaka] menurutmu?".

Iblis :"Orang kikir / pelit" .

Nabi :" Siapa yang paling menyita pekerjaanmu [menyibukkanmu] ?".

Iblis :" Majlis-majlis ulama".

Nabi :" Bagaimana kamu makan ?".

Iblis :"Dengan tangan kiriku dan dengan jari-jariku" .

Nabi :"Dimana kamu lindungkan anak-anakmu ketika panas ?".

Iblis :" Dibalik kuku-kuku manusia".

Nabi :" Berapa keperluanmu yang kau mintakan kepada Allah ?".

Iblis :" Sepuluh perkara".

Nabi :" Apa itu wahai terlaknat ?".

Iblis :" Aku minta kepada-Nya untuk agar saya dapat berserikat
dalam diri Bani Adam, dalam harta dan anak-anak mereka.
Dia mengijinkanku berserikat dalam kelompok mereka.
Itulah maksud firman Allah :
Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka
dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan
berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah
dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah
mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada
mereka melainkan tipuan belaka. (QS. 17:64)

Setiap harta yang tidak dikeluarkan zakatnya maka
saya ikut memakannya. Saya juga ikut makan makanan
yang bercampur riba dan haram serta segala harta yang tidak
dimohonkan perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.
Setiap orang yang tidak memohon perlindungan kepada Allah
dari syaithan ketika bersetubuih dengan istrinya maka syaithan
akan ikut bersetubuh. Akhirnya melahirkan anak yang mendengar
dan taat kepadaku. Begitu pula orang yang naik kendaraan dengan
maksud mencari penghasilan yang tidak dihalalkan, maka saya
adalah temannya.

Itulah maksud firman Allah :" ....... , dan kerahkanlah terhadap
mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan
kaki ...... (QS. 17:64) . Saya memohon kepada-Nya agar saya punya
rumah, maka rumahku adalah kamar-mandi. Saya memohon agar
saya punya masjid, akhirnya pasar menjadi masjidku. Aku memohon
agar saya punya al-Qur'an, maka syair adalah al-Qur'anku. Saya memohon
agar punya adzan, maka terompet adalah panggilan adzanku. Saya
memohon agar saya punya tempat tidur, maka orang-orang mabuk
adalah tempat tidurku. Saya memohon agar saya punya teman-teman
yang menolongku, maka maka kelompok al-Qadariyyah menjadi
teman-teman yang membantuku. Dan saya memohon agar saya memiliki
teman-teman dekat, maka orang-orang yang menginfaq-kan harta
kekayaannya untuk kemaksiyatan adalah teman dekat-ku. Ia kemudian
membaca ayat : Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar
kepada Rabbnya. (QS. 17:27)

Rasulullah berkata :" Andaikata tidak setiap apa yang engkau ucapkan
didukung oleh ayat-ayat dari Kitabullah tentu aku tidak akan
membenarkanmu" .

Lalu Iblis meneruskan :" Wahai Muhammad, saya memohon
kepada Allah agar saya bisa melihat anak-cucu Adam sementara
mereka tidak dapat melihatku. Kemudian Allah menjadikan aku dapat
mengalir melalui peredaran darah mereka. Diriku dapat berjalan kemanapun
sesuai dengan kemauanku dan dengan cara bagaimanapun. Kalau saya mau,
dalam sesaatpun bisa. Kemudian Allah berfirman kepadaku :
" Engkau dapat melakukan apa saja yang kau minta". Akhirnya
saya merasa senang dan bangga sampai hari kiamat . Sesungguhnya
orang yang mengikutiku lebih banyak daripada yang mengikutimu.
Sebagian besar anak-cucu Adam akan mengikutiku sampai hari kiamat.

Saya memiliki anak yang saya beri nama Atamah. Ia akan kencing
di telinga seorang hamba ketika ia tidur meninggalkan shalat Isya.
Andaikata tidak karenanya tentu ia tidak akan tidur lebih dahulu
sebelum menjalankan shalat. Saya juga punya anak yang saya
beri nama Mutaqadhi. Apabila ada seorang hamba melakukan
ketaatan ibadah dengan rahasia dan ingin menutupinya, maka
anak saya tersebut senantiasa membatalkannya dan dipamer-kan
ditengah-tengah manusia sehingga semua manusia tahu. Akhirnya
Allah membatalkan sembilan puluh sembilan dari seratus pahala-Nya
sehingga yang tersisa hanya satu pahala, sebab, setiap ketaatan yang
dilakukan secara rahasia akan diberi seratus pahala. Saya punya anak
lagi yang bernama Kuhyal. Ia bertugas mengusapi celak mata semua
orang yang sedang ada di majlis pengajian dan ketika khatib sedang
memberikan khutbah, sehingga, mereka terkantuk dan akhirnya tidur,
tidak dapat mendengarkan apa yang dibicarakan para ulama.
Bagi mereka yang tertidur tidak akan ditulis pahala sedikitpun
untuk selamanya.

Setiap kali ada perempuan keluar pasti ada syaithan yang duduk
di pinggulnya, ada pula yang duduk di daging yang mengelilingi
kukunya. Dimana mereka akan menghiasi kepada orang-orang
yang melihatnya. Kedua syaithan itu kemudian berkata kepadanya,
' keluarkan tanganmu'. Akhirnya ia mengeluarkan tangannya,
kemudian kukunya tampak, lalu kelihatan nodanya.

Wahai Muhammad, sebenarnya saya tidak dapat menyesatkan
sedikitpun, akan tetapi saya hanya akan mengganggu dan menghiasi.
Andaikata saya memiliki hak dan kemampuan untuk menyesatkan,
tentu saya tidak akan membiarkan segelintir manusia-pun di muka
bumi ini yang masih sempat mengucapkan " Tidak ada tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah Utusan-Nya", dan tidak akan ada lagi
orang yang shalat dan berpuasa. Sebagaimana engkau wahai Muhammad,
tidak berhak memberikan hidayat sedikitpun kepada siapa saja, akan
tetapi engkau adalah seorang utusan dan penyampai amanah dari Tuhan.
Andaikata engkau memiliki hak dan kemampuan untuk memberi hidayah,
tentu engkau tidak akan membiarkan segelintir orang-pun kafir di muka
bumi ini. Engkau hanyalah sebagai hujjah [argumentasi] Tuhan terhadap
makhluq-Nya. Sementara saya adalah hanyalah menjadi sebab celakanya
orang yang sebelumnya sudah dicap oleh Allah menjadi orang celaka.
Orang yang bahagia dan beruntung adalah orang yang dijadikan bahagia
oleh Allah sejak dalam perut ibunya, sedangkan orang yang celaka adalah
orang yang dijadikan celaka oleh Allah sejak dalam perut ibunya.

Kemudian Rasulullah SAW membacakan firman dalam QS Hud :
Jikalau Rabbmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia
umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, (QS. 11:118)
kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabbmu. Dan untuk itulah
Allah menciptakan mereka. Kalimat Rabbmu (keputusan-Nya) telah
ditetapkan; sesungguh-nya Aku akan memenuhi neraka jahanam dengan
jin dan manusia (yang durhaka) semuanya. (QS. 11:119) dilanjutkan
dengan : Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang
telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian)
sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah
ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku, (QS. 33:38)".

Kemudian Rasulullah berkata lagi kepada Iblis :
" Wahai Abu Murrah [Iblis], apakah engkau masih mungkin bertaubat
dan kembali kepada Allah, sementara saya akan menjamin-mu masuk surga".

Ia iblis menjawab :" Wahai Rasulullah, ketentuan telah memutuskan
dan Qalam-pun telah kering dengan apa yang terjadi seperti ini hingga
hari kiamat nanti. Maka Maha Suci Tuhan, yang telah menjadikanmu
sebagai tuan para Nabi dan Khatib para penduduk surga. Dia, telah
memilih dan meng-khususkan dirimu. Sementara Dia telah menjadikan
saya sebagai tuan orang-orang yang celaka dan khatib para penduduk
neraka. Saya adalah makhluq celaka lagi terusir. Ini adalah akhir dari
apa yang saya beritahukan kepadamu dan saya mengatakan yang sejujurnya".

Segala puji hanya milik Allah SWT , Tuhan Semesta Alam, awal dan akhir,
dzahir dan bathin. Semoga shalawat dan salam sejahtera tetap selalu
diberikan
kepada seorang Nabi yang Ummi dan kepada para keluarga dan sahabatnya
serta para Utusan dan Para Nabi.

Hikmah dari Kisah tersebut di atas
Sebagai upaya mencari hikmah dalah kisah di atas, rangkuman ini
barangkali berguna untuk direnungkan :
· Kita perlu semakin menancapkan keyakinan, bahwa syaithan tidak
punya kuasa sedikitpun bagi orang-orang yang disucikan-Nya.

· Jadi upaya kita adalah memohon kepada Allah Ta'Ala agar Dia ridho
dan berkenan membersihkan segala dosa baik sengaja maupun tidak untuk
mendapatkan ampunan-Nya.

· Bila kita simak, perbedaan mendasar keyakinan Iblis adalah
tidak ada keinginannya untuk bertaubat, walau Rasulullah SAW
telah menghimbaunya bahkan dengan menawarkan jaminan untuk
mendapatkan ampunan. Dengan tegas Allah berfirman :
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang
bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan
yang benar. (QS. 20:82).

· Bila kita cermati hadangan dan rintangan yang akan dilakukan
oleh Iblis dari kisah tersebut membuat kesadaran bahwa upaya
untuk menjalani kehidupan sungguh tidak mudah.

· Hanya karena Maha Rahman dan Maha Rakhiim-Nya
sajalah kita akan selamat dalam menjalani kehidupan ini
hingga akan selamat dari jebakan-jebakan syaithan.

Naskah ini disarikan dari dua rujukan. Terdapat beberapa perbedaan
kecil atas terjemahan , kami mencoba merangkumnya. Source -I :
Bab-II POHON SEMESTA / Pustaka Progressif / Cetakan-I/Oktober 1999.
Dari Kitab Sajaratul Kaun oleh Muhyiddin Ibnu Arabi /
Darul 'Ilmi al-Munawar asy-Syamsiyah, Madinah.
Translated by : Nur Mufid, Nur Fu'ad.. Source-II : Dari Judul Asli :
Syajaratul Kaun dan Hikayah Iblis. Risalah Muhyiddin Ibnu al-'Arabi
[Mesir : Mushthafa al-Babi al-Halabi wa Auladuh, 1360/1941 ]
Translated By : Wasmukan, Risalah Gusti / Cetakan-II, Mei 2001

Wednesday, June 6, 2007

Ilmu Yang Bermanfaat

Oleh : Suryaman

Orang yang berilmu disebut alim. Dan orang yang tidak berilmu dikatakan jahil (bodoh). Seorang alim dapat memberikan jalan bagi orang yang berada di dalam kegelapan, sedangkan orang jahil bisa menyesatkan jalan seseorang. Maka, orang alim tentu saja tidak sama dengan orang yang jahil.

Dr Sami Afifi Hijazi dalam bukunya, Madkhal li Dirasah al-Falsafah al-Islamiayah mengatakan salah satu anugerah Allah SWT bagi manusia adalah akal. Artinya, mensyukuri nikmat akal itu dengan cara menggunakannya secara optimal baik membaca teks maupun realitas. Misalnya, mengkaji ilmu pengetahuan, menelaah ilmu agama, memikirkan jagat raya sebagai tanda kekuasaan-Nya, bertafakur (berpikir) dan lain sebagainya.

Allah Azza Wajalla berfirman, ''Sesunggahnya dalam penciptaan langit dan bumi serta bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir.'' (QS Ali-Imran [3]: 190) Berpikir tandanya berilmu, maka mencari ilmu adalah proses seseorang di dalam mengembangkan pikirannya. Orang yang berilmu dapat dikatakan cahaya yang menerangi kegelapan.

Karenanya, ilmu akan memberikan manfaat jika disertai dengan beberapa varian. Pertama, ilmu dan amal. Antara ilmu dan amal tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana disinyalir oleh Imam Al-Ghazali, ''Seluruh manusia berada di dalam kebinasaan kecuali orang yang berilmu. Orang yang berilmu pun akan binasa kecuali yang mengamalkan ilmunya.''

Kedua, ilmu, amal dan ikhlas. Ketiga varian ini mesti selalu bergandengan. Allah Azza Wajalla berfirman, ''Dan tidaklah mereka diperintah oleh Allah melainkan supaya beribadah kepada-Nya dengan ikhlas.'' (QS Albayyinah [88]: 05) Orang yang tidak ikhlas dalam melaksanakan amalannya dikatakan riya'. Dari Mahmud bin Labid, Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya yang paling aku takuti dari kalian adalah syirik kecil, yaitu riya'.'' (HR Imam Ahmad)

Ilmu seseorang senantiasa memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain, jika disertai amalan dan ikhlas. Sebaik-baik manusia adalah yang memberikan manfaat kepada sesamanya. Apabila salah satu hilang dari seorang alim, ia akan hilang kemanfaatannya. Maka, berpikir, mesti dibarengi dengan amalan yang ikhlas supaya menjadi ilmu yang bermanfaat. Wallahu a'lam bish-shawab.

Tuesday, May 22, 2007

Menjadi seorang Pemaaf

Pribadi Pemaaf
10 Mei 07 09:03 WIB
Oleh SM Syaripudin Niskala

Salah satu sifat mulia yang khas dari Rasulullah Saw adalah pemaaf. Beliau adalah sosok pribadi yang sangat mudah memaafkan pihak lain. Karena beliau adalah suri tauladan bagi manusia, maka tentu saja itu berarti bahwa sifat pemaaf adalah sifat yang diharuskan bagi manusia, jika ingin sukses dunia dan akhirat. Kisah-kisah melegenda tentang keutamaan akhlak pemaaf, yang menghantarkan Beliau pada derajat manusia terbaik, terukir indah dalam lindungan kekuatan hukum hadits yang kuat (shahih).

Sebagai manusia, terdapat dua pihak yang harus mendapatkan keberkahan dari sifat mulia pemaaf. Yang pertama adalah pihak yang berbuat salah kepada kita. Keniscayaan akan peluang berbuat kesalahan, merupakan kenyataan tak terhindarkan dalam hubungan antar pribadi. Setiap pribadi, memiliki peluang demikian terbuka atas terjadinya kesalahan-kesalahan, sebagai konsekuensi logis dari dikandungnya dua potensi kebaikan dan keburukan. Sehingga, kesempurnaan sebuah insan tidak dinilai dari ketiadaan keburukan melainkan dari rasio serta kualitas kebaikan yang seharusnya superior terhadap sisi keburukan. Untuk itu, bagi pihak lain, sifat pemaaf merupakan hadiah terbaik dari tulusnya sebuah hubungan antar manusia.

Pihak kedua adalah diri kita sendiri. Ruang maaf yang cukup luas semestinya juga kita sediakan untuk terjadinya kesalahan-kesalahan diri di masa lalu. Hal ini sangat penting dan merupakan penafsiran terbuka atas larangan untuk mencela diri sendiri, menganiaya diri sendiri atau pada tingkat kulminasi tertinggi adalah larangan berperilaku putus asa. Kita harus berdamai dengan diri kita sendiri dari rasa bersalah yang berkepanjangan. Dari penyesalan yang merusak semangat hidup. Dari merasa kehinaan yang destruktif terhadap cara pandang positif. Untuk membebaskan kita dari himpitan ruang rasa kesempitan yang gelap.

Mario Teguh mengatakan bahwa hati adalah sebuah kekuatan yang sering disalah-artikan dengan semena-mena. Sebuah kelembutan yang dikira sebagai kelemahan, sebuah hamparan terluas yang dirasa sempit. Ketahuilah, bahwa hati Anda sangat luar biasa luas dan dalam-nya - apa pun pendapat Anda mengenainya. Hanya penggunaan pikiran Anda-lah yang menghasilkan kesimpulan salah mengenai ukuran hati Anda.

Lalu, apakah yang bisa terjadi dalam kehidupan ini yang tidak tenggelam ke dalam hamparan luas hati ini? Ingatkah Anda mengenai kesedihan tak terhingga yang dulu seolah akan mengakhiri kehidupan Anda, dan yang sekarang tidak Anda ingat kecuali bila Anda diingatkan? Ke mana kah perginya semua rasa sakit, gembira, marah, sedih, cemburu, khawatir, dan takut yang pernah mewarnai hari-hari Anda itu; bila tidak sirna diserap oleh luasnya dan besarnya kemampuan hati ini?

Jika sudah sedemikian luasnya hati itu, mengapa kita tidak cukup mampu menerima dengan tulus kelemahan dan kesalahan orang lain atau diri sendiri. Bukankah seharusnya ruang maaf itu adalah juga merupakan bagian tak bersekat dalam ruang hati kita yang sangat luas dan dalam itu - yang dengan itu juga berarti bahwa ruang maaf itu harus-lah sangat luas dan sangat dalam.

Jika telah demikian sulitnya kita menyadari luasnya ruang maaf pada diri kita, mohon juga diperiksa kembali, mengapa kita tidak meletakkan penghormatan yang lebih tinggi kepada Yang Maha Penyayang.

Bukankah satu-satunya rencana dari Yang Maha Pengasih adalah rencana baik atas keberhasilan kita menjadi hamba-hambanya. Di alam ruh dulu, semua manusia disiapkan dalam keadaan yang fitrah (kondisi baik dan cenderung pada kebaikan). Kemudian diperintahkan kepada seluruh alam agar tunduk dan patuh untuk dijadikan sarana jalan kebaikan. Setelah itu, dilengkapkan pula dengan contoh nyata perilaku para Anbiya dan kitab pedoman yang tak ada secuil-pun kelemahan.

Tidak-kah kita dapat melihat dari sisi pandang kehambaan, alasan mengapa kita harus menjadi pribadi-pribadi yang pemaaf bagi diri sendiri. Apakah belum cukup jelas bagi kita, kasih sayang dari-Nya sehingga kita tidak cukup mengerti tentang keharusan kita menyayangi diri sendiri - dengan menjadi pribadi pemaaf?

Ada petunjuk keharusan bagi makhluk untuk meneladani sifat-sifat Maha dari Sang Khalik. Salah satu bentuk pengimanan pada sifat-sifat Maha Agung dalam Asmaul Husna adalah dengan upaya-upaya terencana, teratur dan tulus, proses internalisasi dalam sifat pribadi kita. Untuk itu, sifat Yang Maha Pengampun (Ghafur) seharusnya menjadi salah satu motivasi utama pembentuk sifat pemaaf.

Pribadi Pemaaf
Oleh SM Syaripudin Niskala

Sebuah syair kehambaan menyebutkan bahwa walau dosa hamba menggunung tinggi, namun ampunan-Nya melangit luas. Bukankah hal itu mengindikasikan adanya tingkat probabilitas yang sangat besar akan keniscayaan manusia melakukan kesalahan, yang kemudian dimarjinalkan dengan luasnya pengampunan yang disediakan.

Sebagai sebuah pengecualian, hanya ada satu kesalahan yang tak termaafkan bagi-Nya. Maka dengan itu pula, seharusnya hanya kesalahan jenis itu-lah yang juga tidak kita berikan ruang maaf dalam diri kita. Dengan demikian, seperti halnya Yang Maha Kuasa meluaskan ketersediaan ruang pemaafan kepada insan, tidak berarti diperuntukkan bagi kesalahan yang direncanakan dan yang terlahir dari kesombongan.

Untuk itu, marilah kita menempatkan penghormatan kepada Yang Maha Penyayang di atas penghormatan pada diri sendiri. Maka bangunlah sikap lebih bersahabat dengan diri sendiri dan orang lain, dengan menjadi pribadi pemaaf yang tulus dan ringan.

Sunday, April 1, 2007

Sabar dan Tawakal

"Katakanlah, 'Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal'." (Q.s. at-Taubah: 51).

Sabar dan Tawakal
Oleh K.H. ABDULLAH GYMNASTIAR
BANYAK yang berpenampilan indah tetapi terhina, sebab dia tidak punya kesabaran. Banyak orang yang akhirnya merugi, padahal dia memiliki modal. Apa sebabnya? Dia tidak mempunyai kesabaran. Banyak orang yang tergelincir ketika dilanda asmara dan tidak sabar, akibatnya ia merasakan sakit. Alangkah indahnya orang-orang yang diberi kesabaran.

Innallaha ma'ash shaabiriin. Sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar. (Q.S. Al-Baqarah [2]:153).

Sabar itu pahalanya insya Allah tiada terputus. Maka, sungguh aneh jika kita ingin dekat dengan Allah, ingin indah, ingin berpahala, ingin bahagia tetapi tidak sabar. Sabar itu kunci. Kalau kita bersabar, kita akan memiliki pribadi yang indah. Kalau selalu sabar, kita akan menjadi orang yang dekat dengan Allah dan insya Allah ganjaran kita tiada terputus.

Setidaknya ada tiga hal yang memerlukan kesabaran kita dalam hidup ini. Yang pertama, sabar ketika berkeinginan. Setiap hari kita selalu dituntun oleh keinginan. Kalau kita tidak sabar, keinginan inilah yang akan menjerumuskan kita. Jadi, sabar yang pertama adalah meluruskan niat ketika kita punya keinginan.

Kita dikarunia Allah keinginan. Keinginan itulah yang menuntun sikap; kalau tidak sabar, kita kehilangan niat. Padahal niat adalah kunci agar amal diterima. Ada orang yang lelah pontang-panting, tetapi tidak ada nilainya. Mengapa? Dia tidak sabar meluruskan niat. Maka, sebelum beramal, wajib bagi kita untuk meluruskan niat. Tanpa niat, amal menjadi sia-sia.

Terkadang, seseorang tidak sibuk meluruskan niat. Akan tetapi ia sibuk dengan perbuatannya. Misalnya, ia ingin membeli pakaian. Kita harus bertanya dulu pada diri sendiri, "Perlukah saya membeli pakaian lagi, padahal di lemari masih banyak pakaian?", "Untuk Apa?", "Tapi kan ini warnanya kurang cocok. Kurang cocok kata siapa?"

Untuk apa memberatkan hisab, kalau pakaian indah, tetapi kelakuan tidak indah? Tidak ada gunanya. Ketika akan membeli, tanyakan lagi pada diri kita, "Benarkah kita membeli sesuatu itu karena Allah atau karena ingin dipuji?”

Ingin menikah? kita harus sabar untuk mengevaluasi dulu. Kumpulkan informasi dan studi kelayakan. Sudah layakkah kita menikah? Jangan tergesa-gesa, renungkan dalam-dalam, kumpulkan informasi selengkap mungkin. Bertanyalah kepada yang ahli, sebab kalau kita sudah punya keinginan, itu biasanya nafsu. Hati-hati, nafsu akan membutakan kita dari kebenaran. Kita harus sabar untuk bertanya, "Benarkah niat saya ini? Betulkah tujuan saya? Mintalah petunjuk kepada Allah dengan shalat istikharah.

Lalu, hal kedua yang harus kita miliki adalah sabar berproses. Kita biasanya tidak sanggup untuk berproses. Kita harus menikmati proses, bukan hasil. Dari proses itu, insya Allah akan berbuah pahala.

Kesabaran yang ketiga adalah sabar ketika telah mendapat hasilnya. Hasil itu ada dua jenis, yaitu gagal dan sukses. Keduanya butuh kesabaran. Sudah niat ingin kerja, ikhtiar melamar ke sana-sini, kita harus sabar jika kita belum diterima. Setiap langkah kita insya Allah ada pahalanya. Mungkin memang belum ada rezekinya di sana, kita tidak usah sibuk mengeluh.

Lalu rezekinya di mana? Mungkin memang rezeki kita bukan jadi seorang pekerja tetapi menjadi seorang pengusaha yang menjadi direktur utama, merangkap direktur inti dan karyawan tunggal.

Ikhwan sudah melamar lalu ditolak. Apakah dia gagal? Tidak! Justru keberhasilannya adalah ditolak. Ini berarti dia mempunyai pengalaman ditolak. Misalnya, dia sudah pernah ditolak tiga kali. Dengan begitu, dia sudah berpengalaman menghadapi tiga jenis calon mertua. Harus sabar menghadapinya karena mungkin belum menjadi jodohnya. Niatnya untuk melamar, sudah menjadi amal. Perjalanannya, usahanya untuk bicara baik-baik dengan calon mertua sudah menjadi amal. Bila kemudian hasilnya ditolak, -- jika kita sabar -- maka menjadi nilai amal juga.

Kegagalan itu adalah ketika kita tidak sabar menghadapi sesuatu hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Kita punya rencana, Allah juga punya. Yang akan terjadi adalah rencana Allah, kenapa Allah menakdirkan sesuatu lalu kita anggap gagal? padahal itu yang terbaik.

Tidak heran seseorang dibimbing Allah dengan sakit, penolakan, hinaan, semua itu bisa menjadi sebuah jalan bagi dia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Oleh karena itu, kita harus sabar menghadapi sesuatu yang tidak cocok dengan keinginan kita.

Tawakal

Ada sebuah cerita tentang seorang Baduwi yang meninggalkan untanya saat beristirahat di suatu tempat, tanpa mengikatkan talinya pada sebuah tiang. Singkat cerita, saat ia kembali untuk melanjutkan perjalanan, ternyata untanya tidak berada di tempat semula. Kontan saja ia panik setengah mati. Orang-orang sekitar mengerumuninya karena suara yang memekik memanggil unta yang kabur. "Untaku... untaku...! Ke mana untaku...?"

Sambil mencari ke sana-sini, ia meyakinkan dirinya bahwa terakhir kali ia melihat untanya di halaman bersama unta-unta lainnya. Ia yakin bahwa ia telah mempercayakan untanya pada Allah. Ia yakin untanya tak akan kabur karena Allah yang akan menjaganya. Oleh karena itu, ia tidak berusaha untuk mengikatkan talinya pada tiang yang telah tersedia sebab ia merasa telah menyerahkan segalanya pada Allah SWT. Atau lebih dikenal dengan istilah tawakal.

Apakah sikap tawakal orang Baduwi seperti itu benar? Keyakinan kuat tanpa diiringi ikhtiar adalah kurang sempurna. Demikian pula ikhtiar maksimal tanpa keyakinan hati kepada Allah adalah sia-sia. Tawakal yang benar adalah didasari oleh keyakinan kepada Allah bahwa Allah-lah yang mengatur segalanya dan disempurnakan dengan ikhtiar maksimal. Allah yang mengatur rezeki. Maka manusia harus berusaha untuk mendapatkannya dengan cara yang benar. Semua nikmat yang telah Allah berikan harus disyukuri dan hanya kepada-Nya orang-orang beriman bertawakal (Q.S. Al-Maaidah [5 ]: 11).

Adanya kemampuan untuk ikhtiar, merupakan nikmat besar yang telah Allah berikan. Sesungguhnya, Allah telah menetapkan ketentuan untuk segalanya. Allah tidak akan menguji seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya. Salah satu tanda kemuliaan seseorang adalah, adanya keikhlasan dalam melakukan sesuatu, dan disempurnakan dengan ikhtiar. Selanjutnya, ia menyerahkan segala usaha dan urusannya kepada Allah. Itulah tawakal yang sebenarnya.

Bertawakal kepada Allah dengan sepenuh hati tidak dilarang. Bertawakallah selalu kepada-Nya dengan syarat ia ikhlas dan melakukan ikhtiar. Bukan sikap tawakal seperti kisah Baduwi tadi. Tawakal tetapi tidak berusaha dan hanya ongkang-ongkang kaki mengharapkan hasil yang memuaskan, bukanlah sikap mukmin sejati. Tawakal seperti itu identik dengan pasrah tanpa melakukan apa-apa! Wallahu a'lam bishawaab.***

Saturday, January 20, 2007

Inilah Gerbang Islam!

Sahnya iman seseorang adalah dengan menyatakan syahadatain. Tanpa mengucapkan kalimat ini, maka amal yang dikerjakana bagaikan abu, atau fatamorgana yang terlihat tapi tidak ada. Dalam Al Qur'an Allah menyebutkannya bagaikan debu yang berterbangan, walaupun amal yang dilakukan adalah amal yang baik sekalipun, namun tidak didasari oleh syahadat.

"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (QS. Al Furqan[25]: 23)

Allah menjadikan amal mereka bagaikan debu yang berterbangan karena mereka tidak beriman. Dengan demikian jelaslah bahwa syahadatain ini menjadi pembeda manusia, mana yang muslim dan mana yang kafir.

lebih lengkap? temukan disini dan disini

Artikel ttg syahadat lainnya:
Syahadat yang diterima Allah SWT