Tuesday, November 29, 2005

Menjaga Lisan

Archive lama: Friday, October 29, 2004
Buka-buka arsip lalu, ternyata masih sangat berharganya artikel berikut, semoga memberi manfaat bagi penulis, pengetik ulang hingga pembaca dan saya pribadi sebagai pengoleksi ^-^ (ini adalah postingan kedua milik tazco)

Wahai kaum muslimin

1. Jauhilah olehmu banyak bicara (yang tidak bermanfaat) dan jagalah mulutmu dari cerewet. Sesungguhnya Allah berfirman:
"Tiada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia". (An-Nisa':114)

"Ketahuilah bahwa di sana ada yang menghisab pembicaraanmu dan menghitungnya atasmu. Allah berfirman: Seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir". (Qoof:17-18 )
Ringkaslah pembicaranmu, dan bicaralah sebatas maksud dan tujuanmu.

2. Bacalah Al-Qur'an Al-Kariem, dan berusahalah agar ia menjadi wirid harianmu, juga berusahalah untuk menghafalkannya sesuai dengan kemampuanmu, agar engkau memperoleh pahala yang besar kelak di hari akhirat.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amir Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallahu 'Alaihi wa Sallam beliau bersabda: Kelak (di hari kiamat) akan dikatakan kepada pembaca al-qur'an, bacalah, pelan-pelanlah dan tartilah (dalam membacanya) sebagaimana kamu mentartilkannya ketika di dunia, sesungguhnya tempat dan kedudukanmu ada pada akhir ayat yang kamu baca.(Hadits Shahih, Tirmidzi, 1329)

3. Tidak baik jika kamu membicarakan semua pembicaraan yang telah kamu dengar, sebab yang demikian itu memberi peluang kepadamu untuk jatuh dalam lubang kebohongan.

Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu meiwayatkan, sesungguhnya Nabi Shallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: Cukuplah seorang dianggap sebagai pembohong, jika dia membicarakan semua apa yang telah didengarnya.(Muslim dalam Mukaddimahnya, hadits No:5)

4. Jauhilah sifat sombong dan bangga diri dengan sesuatu yang bukan milikmu karena untuk pamer dan menyombongkan diri di depan manusia.

Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha bahwa ada seorang perempuan yang berkata: "wahai Rasulullah, aku katakan bahwa suamiku telah memberiku sesuatu yang tidak pernah diberikan kepadaku". Kemudian Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Orang yang merasa kenyang dengan sesuatu yang tidak diberikan kepadanya sebagaimana orang yang memakai pakaian kepalsuan". (Muttafaq Alaih)

5. Sesungguhnya dzikir kepada Allah memiliki pengaruh yang agung bagi kehidupan ruh, jiwa, badan, dan sosial seorang muslim.

Oleh karena itu wahai ukhti muslimah berusahalah berdzikir kepada Allah dalam setiap saat dan keadaan, sesungguhnya Allah telah memuji hamba-hamba-Nya yang ikhlas kepada-Nya, firman-Nya: Yaitu orang-orang yang mengingat (dzikir) Allah sambil berdiri, atau duduk atau dalam keadaan berbaring. (AliImran:191)
Abdullah bin Basar Radhiyallahu 'Anhu mengatakan: bahwa ada seorang laki-laki berkata: Wahai Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam sesungguhnya telah banyak syareat Islam yang telah aku ketahui (dan telah aku jalankan), dan sekarang beritahukanlah kepadaku tentang sesuatu yang bisa aku jaga dan jalankan.
Beliau bersabda: "senantiasa engkau basahi lisanmu dengan dzikir kepada Allah". (Shahih, Sunan Tirmidzi, 2687)

6. Jika engkau hendak berbicara janganlah engkau agung-agungkan, jangan engkau fasih-fasihkan, dan jangan pula engkau buat-buat, sebab yang demikian itu adalah sifat yang dibenci oleh Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam.

Beliau bersabda: Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya kelak di hari kiamat ialah mereka yang suka bicara (yang tidak berfaedah), dan yang suka mengada-adakan pembicaraannya, dan para Mutafaihiqun (orang yang mengagung-agungkan pembicaraan bohong). (Hadits Shahih diriwayatkan oleh Tirmidzi, 1642)

7. Hendaklah engkau berteladan kepada Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam , yang senantiasa lebih banyak diam dan berfikir, tidak memperbanyak tertawa berlebih-lebihan di dalamnya.
Diriwayatkan dari Sammak, ia berkata: aku berkata kepada Jabir bin Samurah: pernahkah kamu duduk(bermajlis) dengan Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam? Dia menjawab: pernah, beliau itu banyak diam dan sedikit tertawa. Pernah para sahabatnya membaca syair dan menceritakan tentang urusan mereka, lalu mereka tertawa, tetapi Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam ketika itu hanya sekedar tersenyum. (Musnad Ahmad, 5/86)

Jika kamu berbicara, maka batasilah pembicaraanmu hanya yang baik-baik saja, jika kamu tidak bisa maka diam itu lebih baik bagimu. Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia mengatakan yang baik atau lebih baik diam. (Bukhari)

8. Janganlah sekali-kali memutus pembicaraan orang lain atau membantahnya atau menampakkan pelecehan terhadapnya, tetapi jadilah pendengar yang baik yang mendengarkan pembicaraan orang lain dengan sopan (sebagai tanda budi baikmu), dan jika engkau terpaksa membantah ucapan mereka bantahlah dengan cara yang lebih baik (untuk menampakkan kepribadianmu).

9. Waspadalah sepenuhnya dengan sikap mengejek dan merendahkan dialek pembicaraan orang lain, seperti terhadap orang yang kurang lancar bicaranya atau terhadap mereka yang berbicara dengan tersendat-sendat.

Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka yang mengolok-olok, dan janganpula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita (yang diolok-olokkan) lebih baik dari wanita(mengolok-olok). (Al-Hujurat:11)
Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: Seorang muslim adalah saudara orang muslim yang lainnya, tidak boleh mendzaliminya, tidak boleh menghinanya dan tidak juga meremehkannya ...., cukuplah seseorang telah berbuat kejahatan jika ia meremehkan saudaranya yang muslim. (HR.Muslim, 2564)

10. Jika engkau mendengar bacaan Al-Qur'an al-Karim, maka hentikan pembicaraanmu apapun masalah yang sedang engkau bicarakan, karena menghormati terhadap kalamullah, dan untuk mengindah perintah-Nya yang mana Dia telah berfirman: Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan baik (tenang) agar kamu mendapat rahmat. (Al-'Araf:204)

11. Senantiasa menimbang kata-kata (ucapanmu) sebelum diucapkan oleh lisanmu, dan berusahlah agar kalimat yang terucap oleh lisanmu adalah kalimat yang baik dan menyejukkan tetap dalam kerangka jalan kebaikan, jauh dari keburukan dan sesutau yang menghantarkan kepada murka Allah.

Sesungguhnya kata-kata itu memiliki tanggung jawab yang besar, sudah berapa banyak kata-kata yang memasukkan pengucapnya ke dalam surga, sebaliknya sudah berapa banyak kata-kata yang menenggelamkan pengucapnya ke lembah Jahannam.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu dari Nabi Shallahu 'Alaihi wa Sallam beliau bersabda: Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan sebuah pembicaraan yang mengandung ridla Allah, seakan-akan manusia tidak peduli dengannya maka Allah akan mengangkatnya dengannya beberapa derajat, dan seorang hamba berbicara dengan suatu yang dimurkai Allah, seakan-akan manusia tidak peduli dengannya maka Allah menceburkannya karenanya ke dalam lembah Jahannam. (HR. Bukhari, 6478)

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Muadz bin Jabal Radhiyallahu 'Anhu bertanya kepada Nabi Shallahu 'Alaihi wa Sallam : Apakah kita ini akan dimintai pertanggungjawaban atas kalimat yang kita ucapkan? Beliau bersabda: ibumu telah kehilangan dirimu membinasakanmu wahai Muadz, tidaklah ada seorang manusia yang ditelungkupkan wajahnya kedalam neraka, kecuali disebabkan oleh hasil lisannya.(Hadits Shahih, diriwayatkan oleh irmidzi, 2110)

12. Pergunakanlah lisanmu untuk beramar ma'ruf dan nahyu munkar serta untuk berdakwah kepada kebaikan, karena lisan adalah nikmat Allah yang agung yang telah dikaruniakan kepadamu. Allah berfirman: Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia. (An-Nisa':114)

Diketik ulang dari:
Nasehat kepada para Muslimah (Bagian Satu),
'Abdul 'Aziz al-Muqbil.
Penerbit: Pustaka Arafah, Solo, cet.I, April 2001/Muharram 1422 H, hal.21-29
Kiriman dari Al-Mandily akob_the_great_03@yahoo.com

Thursday, November 17, 2005

Mengapa kita diharuskan berdo'a?

oleh: Ummu Farhan dan mba Nuha san di Milis Fahima

Tidak lain karena Allah sendiri yg memerintahkan hamba2-Nya untuk berdo'a.

Seperti yg disebutkan dalam salah satu firman-Nya berikut ini:
Dan Rabbmu berfirman : "Berdoalah kepada-KU, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari meyembahKu akan masuk neraka
jahannam dalam keadaan hina dina" (QS. AlMukmin:60).

Inilah karunia dan kemurahan Allah, Dia menganjurkan para hambaNya untuk berdoa kepada-Nya dan mengharuskan kepada ZatNya untuk memperkenankan doa mereka. Sebagaimana
yg dikatakan oleh Syufan ats-Tsauri, "wahai Zat yg sangat mencintai hamba yg paling banyak meminta kepadaNya, kemudian memperbanyak permintaan kepada-Nya. Wahai Zat yg sangat membenci hamba yg paling sedikit meminta kepada-Nya. Tiada siapapun yg seperti itu
selain Engkau, wahai Tuhanku". Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim.

Abu Ya'ala meriwayatkan di dalam musnadnya dari Anas bin Malik r.a., dari Rasulullah saw, yg menceritakan dari Rabbnya, Dia berfirman :

"Ada empat perkara: satu untuk-Ku, satu untukmu, satu untuk-Ku dan untukmu, dan satu untukmu dan hamba2Ku. Adapun yg untukKu adalah kamu semua mengabdi kepada-Ku dan
tidak menyekutukan Aku dg apa pun. Yg utkmu adalah kewajiban-Ku utk memberikan ganjaran atas amal baik yg telah kamu kerjakan. Yg antara Aku dan kamu, maka darimu adalah doa dan dari-Ku adalah pengabulannya. Dan yg antara kamu dg hamba2-Ku ialah Aku meridhai mereka atas apa yg kamu ridhai utk dirimu".

Diriwayatkan oleh Imam ahmad dari Nu'man bin Basyir r.a., katanya, Rasulullah saw, telah bersabda, "Sesungguhnya berdoa itu merupakan ibadah. Kemudian beliau membacakan ayat, "dan Tuhanmu berfirman, 'Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang2 yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina'".

Diriwayatkan pula dari Ahmad juga dari Abu Hurairah r.a., katanya rasulullah saw telah bersabda, "Barang siapa yg tidak berdoa kepada Allah SWT, maka Allah murka kepadanya".

Seorang hamba selalu memohon dan meminta kepada Alloh subhanahu wa
ta'ala apa saja yg dibutuhkannya setiap hari untuk kepentingan dunia
maupun akhirat,karena semua perbendaharaan langit dan bumi ada di sisi
Alloh.Sebagaimana dalam firmannya:
"Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya;dan
Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yg tertentu." (QS.
Al-Hijr:21)

Do'a penting yg dimohonkan oleh seorang hamba:
1. Mohon hidayah/petunjuk kepada Alloh subhanahu wa ta'ala,yaitu
hidayah tufiq agar ditunjuki diatas jalan yg haq (benar).
2. Mohon kepada Alloh subhanahu wa ta'ala agar diampuni segala dosa yg
dilakukan,karena setiap hari,siang dan malam seorang hamba tidak luput
dari berbuat dosa dan maksiat.
3. Mohon kepada Alloh subhanahu wa ta'ala agar dimasukan ke Surga dan
dijauhkan dari spi Neraka.
4. Mohon kepada Alloh subhanahu wa ta'ala keselamatan di dunia dan
akhirat,serta dijauhkan dari berbagai macam bencana dan malapetaka.
5. Mohon kepada Alloh subhanahu wa ta'ala agar hatinya ditetapkan
diatas agama dan tetap istiqomah dalam melaksanakan ketaatan kepada-Nya.
6. Mohon kepada Alloh subhanahu wa ta'ala agar ditetapkan nikmat
Islam,Sunnah dan diselamatkan dari segala kemurkaan-Nya.

**Sumber : Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir oleh Muhammad
Nasib Ar-Rifa

Sumber: Diambil dari buku Do'a dan Wirid ditulis oleh ust Yazid bin
Abdul Qadir Jawas,terbitan Pustaka Imam Asy-syafi'i

Tuesday, November 8, 2005

Ajalku pasti

Oleh: Ummu Iza
ulfamasykur@yahoo.com

Firman Allah Taala yang bermaksud :
" Tiap-tiap umat mempunyai ajal, maka apabila telah datang ajalnya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) mempercepatnya."
(Surah Al-A'raf ayat 34)

Ajalku pasti tapi tidak terlihat oleh pandanganku kapan akan datangnya. Ajal yang Allah janjikan itu takkan tertangguh sesaatpun malah Izrail sesekali takkan alpa dalam urusannya. Sesungguhnya malaikat maut menjalankan perintah Allah SWT dengan tepat dan sempurna, dia tidak diutus hanya untuk mencabut roh orang sakit saja, ataupun roh orang yang mendapat kecelakaan dan malapetaka. Jika Allah SWT menetapkan kematian seseorang ketika tertimpa kemalangan, atau ketika diserang sakit, maka pastinya Izrail mencabut roh orang itu ketika kejadian tersebut.

Namun ajal tidak mengenal orang yang sehat, ataupun orang-orang kaya yang sedang hidup mewah dibuai kesenangan. Malaikat maut datang tepat pada waktunya tanpa mengira kita sedang ketawa riang atau mengerang kesakitan. Bila ajal telah tiba, maka kematian itu tidak akan tertangguh walau hanya sesaat. Tidak banyak manusia yang mengaitkan kematian itu dengan kehadiran malaikat maut yang datang tepat pada saat ajal seseorang sudah sampai, sedangkan malaikat maut senantiasa berada di sekeliling manusia, mengenal pasti memerhatikan orang-orang yang hayatnya sudah tamat. Sebuah hadis Nabi s.a.w yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas r.a, bahwa Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya :

" Bahwa malaikat maut memperhatikan wajah manusia di muka bumi ini 70 kali dalam sehari. Ketika Izrail datang merenung wajah seseorang, didapati orang itu ada yang bersendau gurau. Maka berkata Izrail : Alangkah herannya aku melihat orang ini, sedangkan aku diutus oleh Allah Taala untuk mencabut nyawanya, tetapi dia masih berhura-hura dan bersendaugurau."

Betapa seringnya malaikat maut melihat dan menatap wajah seseorang, yaitu sebanyak 70 kali dalam masa 24 jam. Andai kata kita manusia sadar hakikat tersebut, niscaya kita tidak akan lalai mengingati mati. Tetapi oleh karena malaikat maut adalah makhluk ghaib, manusia tidak melihat kehadirannya, karena itu manusia tidak sama sekali menyadari apa yang dilakukan oleh Malaikat Izrail atas Kuasa Allah.

Justru itu, tidak heranlah, jika banyak manusia yang masih mampu bersenang-senang dan bersendau gurau, seolah-olah dia tidak ada masalah yang perlu difikirkan dan direnungkan dalam hidupnya. Walaupun dia adalah seorang yang miskin amal kebajikan serta tidak memiliki secuil bekal amalan untuk akhiratnya, dan sebaliknya banyak pula melakukan dosa. Moga diri ini sentiasa selalu ingat untuk meningkatkan amal dalam bulan Ramadhan yang telah dipenghujung ini karena belum pasti diri akan ketemu Ramadhan seterusnya sedangkan ajal itu sangat pasti akan menjemput bila tiba waktunya.

Sunday, November 6, 2005

Panduan mengqadha puasa Ramadhan dan puasa 6 hari Syawal

1. Diriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata : Adalah salah seorang diantara kami tidak shaum pada bulan Ramadhann pada zaman Rasulullah saw. maka ia tidak sanggup mengqadhanya ( membayar shaum yang ditingalkan ) sehingga datang bulan sya'ban ( yakni pada bulan sya'ban baru bisa membayar shaumnya ). ( H.R : Muslim)

2.Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Adalah saya mempunyai hutang shaum bulan Ramadhan, saya tidak mampu membayarnya sampai datang bulan sya'ban. (H.R Bukhary )

3. Diriwayatkan dari Abu Ayyub al-Anshariy ra: Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda : Barang siapa yang shaum pada bulan Ramadhan, kemudian diikuti shaum enam hari pada bulan syawal adalah seperti shaum setahun penuh. ( H.R : Muslim)

KESIMPULAN
Hadits-hadits di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa :
a. Barangsiapa yang mempunyai hutang shaum bulan Ramadhan, hendaklah segera diqadha ( di bayar ) secepat mungkin jangan di tunda-tunda kecuali karena ada uzur dan terpaksa di tunda meskipun sampai bulan sya'ban. ( dalil : 2 )
b. Disunnahkan shaum enam hari pada bulan syawal dengan syarat shaum Ramadhannya sudah lengkap, tidak ada hutang.
c. Pengamalan shaum enam hari pada bulan Syawal ini dapat dikerjakan secara berurutan ( enam hari berturut-turut ) atau berselang-seling ( tidak berurutan ). Yang penting pelaksanaanya adalah selama bulan Syawal.

Maraji' (Daftar Pustaka):

1. Al-Qur?anul Kariem
2. Tafsir Aththabariy.
3. Tafsir Ibnu Katsier.
4. Irwaa-Ul Ghaliel, Nashiruddin Al-Albani.
5. Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq.
6. Tamaamul Minnah, Nashiruddin Al-Albani.

Sumber: KMII Jpg

Birrul Walidain

oleh: ummu Faiz
Alloh adalah tujuan hidup kita. Untuk sampai ke tujuan kita butuh gkendaraanh dengan mesin yang baik, bensin murni dan rem yang baik. Analog perjalanan hidup kita, kendaraannya adalah Islam, mesinnya Aqidah dengan bensin Ibadah; murni tidak ada campuran dan penuh; dan remnya adalah Akhlaq. Jika semuanya dikondisikan dengan baik maka akan mempercepat bagi kita menuju Alloh swt.

Sebagai seorang muslimah tidak hanya mengenakan jilbab secara fiqih, jilbab yang kelihatan, tetapi juga perlu jilbab yang lain yaitu jilbab aqidah dan jilbab akhlaq. Sikap terhadap orang tua bagi seorang muslimah termasuk jilbab akhlaq.

Salah satu karakter muslimah yang harus dimiliki adalah senantiasa berbakti pada orang tuanya (birrul walidain). Berbakti kepada orang tua bukan sekedar karena untuk membalas jasa segala kebaikan orang tua, tetapi lebih dari itu karena iman kepada Alloh swt.

Alloh swt memerintahkan kita untuk berbuat baik terhadap orang tua, termaktub dalam firman-Nya dalam Al Qur`an.

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada Ibu Bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ahh, ih dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia(QS. Al Israa: 23)

*Mengucapkan kata 'ahh' kepada orang tua tidak diperbolehkan oleh agama, apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang Ibu Bapaknya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang Ibu Bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.(QS. Luqman: 14)

Bila bakti kita kepada orang tua karena alasan jasa keduanya yang dikedepankan, maka apabila orang tua tidak punya jasa, anak bisa merasa tidak perlu berbakti kepada orang tua. Bagaimana pun sikap kedua orang tua kita, kita harus tetap berbakti trehadap keduanya.

Wujud bakti kita terhadap kedua orang tua adalah sbb:

1. Bersyukur kepada orang tua dan mentaati perintah orang tua selama tidak menyimpang dari ajaran Alloh swt. Jika perintah orang tua menyimpang dari ajaran Alloh swt maka kita harus menolaknya dengan cara yang ma`ruf. Kalaupun kedua orang tua musyrik, kita harus tetap mempergauli mereka secara ma`ruf di dunia.

2. Memuliakan kedua orang tua. Diwujudkan dengan perkataan yang sopan, tutur kata yang lembut dan tidak duduk di atas sementara orang tua berada di bawah. Kadang kala berbasa-basi terhadap orang tua juga diperlukan. Selain itu juga tidak pergi tanpa izin dari Ibu.

3. Membantu orang tua selama kita mampu membantunya atau paling tidak kita tidak membebani orang tua.

4. Bila kedua orang tua sudah tidak ada, bentuk bakti kita adalah:

- menjalin hubungan silaturahim dengan orang2 yang dekat dengan orang tua

- bila ada yang disantuni orang tua kita harus melanjutkannya

- mendo`akan dan memohonkan ampunan Alloh swt.

- Memenuhi janji-janji kedua orang tua yang telah diucapkan selama beliau masih hidup.

Berbakti kepada kedua orang tua yang kita wujudkan adalah bagian dari ibadah kepada Alloh swt. Jika bakti kita kepada kedua orang tua tersebut diniatkan karena Alloh swt maka itu bagian dari aqidah. Jika bakti kita kepada orang tua juga diniatkan untuk membalas jasa kedua orang tua kita maka itu bagian dari akhlaq.

WaAllohu`alam bishshowab.

Sumber: disarikan dari KRPH Masjid Mardliyah Jogja, Ust. Syathori.

===========================================
UMMU FAIZ
4-16-17-1203 Yamada Kita-ku Nagoya JAPAN 462-0812
Telp: 052-9118404 (rumah) 090-91756070 (HP)
Homepage: http://www.geocities.com/ayangata/
===========================================

Wednesday, November 2, 2005

Alasan Mengapa Jangan Berputus Asa

Dudi Sobari
06 May 2005, 19:07:19
Di sebuah Milis

Menurut sebuah riwayat dari Anas bin Malik, suatu hari Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabatnya, ''Janganlah salah satu dari kamu meminta mati karena kesulitan hidup yang menimpanya. Jika memang sangat perlu dia berbuat demikian, maka ucapkan doa sebagai berikut, 'Ya Allah, panjangkanlah umurku kalau memang hidup adalah lebih baik bagiku, dan matikanlah aku manakala memang kematian lebih baik bagiku'.'' (HR Bukhari-Muslim).

Islam melarang prasangka buruk terhadap Allah dan putus asa dari rahmat-Nya. Surat An-Nisa ayat 29 melarang bunuh diri, karena Tuhan adalah Maha Penyayang kepada makhluknya. Dalam surat Al-An'am ayat 151 dan surat Al-Isra' ayat 31, Allah melarang keras membunuh anak-anak karena takut kemiskinan dan kemelaratan. Dalam peristiwa lain, Rasulullah SAW pernah berkunjung kepada seorang yang sangat menderita sewaktu sekarat menghadapi kematian. Rasulullah kasihan melihat penderitaan dahsyat pada akhir hayat orang itu. Lalu terjadilah dialog antara Rasulullah dan dia.

Kata Rasulullah, ''Apakah pernah Anda memohon sesuatu kepada Allah?'' Ia menjawab, ''Pernah. Saya meminta kepada Allah supaya segala siksaan yang akan saya terima di akhirat nanti biarlah disegerakan di dunia ini
juga.'' Rasulullah bersabda, ''Subhanallah, pasti Anda tidak akan kuat menanggungnya. Bukankah saya sudah mengajarkan doa yang bunyinya, 'Ya Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di
akhirat, dan jauhkanlah kami dari siksa neraka'.'' (HR Imam Ahmad).

Dalam surat Al-Ankabut ayat 2 dan 3 dijelaskan bahwa orang-orang yang beriman akan diuji dengan berbagai cobaan dalam kehidupan ini. Ibnu Abi Dunya meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, ''Tiap-tiap bencana apa
pun yang menimpa seorang Muslim, sekalipun satu duri, adalah karena salah satu dari dua sebab. (Yaitu) karena Allah hendak mengampuni dosa kesalahannya yang tidak dapat diampuni-Nya melainkan dengan cobaan itu,
atau karena Allah hendak memberinya suatu kehormatan yang tidak mungkin dapat dicapainya melainkan dengan cobaan itu.''

Dalam kaitan ini dapat dipahami kenapa eutanasia dilarang dalam Islam. Menurut hukum agama dan moralitas, eutanasia sama dengan tindakan pembunuhan. Almarhum Dr. H. Ali Akbar dalam buku Etika Kedokteran dalam
Islam menyatakan, ''Islam mewajibkan dokter mengobati untuk meringankan dan menyembuhkan penderitaan si sakit dengan segala usaha, sampai ia sembuh atau mati. Eutanasia adalah pembunuhan yang dilarang oleh Allah SWT, baik atas permintaan sendiri, maupun karena hendak meringankan penderitaan si sakit karena Allahlah yang mempunyai hak mematikan.''

Pada surat Yusuf ayat 87, Allah SWT mengingatkan pesan Nabi Yakub kepada anak-anaknya tatkala hendak berangkat ke Mesir untuk mencari Yusuf, ''Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.''

Wallahu a'lam