Thursday, October 13, 2005

Renungan ttg Bulan Ramadhan, Hasan Al Banna

-=ceramah Hasan Al Banna=-

Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt. Kita
ucapkan shalawat dan salam untuk junjungan kita Nabi
Muhammad, juga untuk segenap keluarga dan sahabatnya,
serta siapa saja yang menyerukan dakwahnya hingga hari
kiamat.

Wahai Ikhwan yang mulia. Saya sampaikan salam
penghormatan Islam, salam penghormatan dari sisi Allah
yang diberkati dan baik: assalamu 'alaikum wa
rahmatullah wa barakatuh.

Pada malam ini, yang merupakan akhir bulan Sya'ban,
kita menutup serial kajian kita tentang Al-Qur'anul
Karim, tentang kitab Allah swt. Insya Allah, pada
sepuluh malam yang pertama bulan Syawal, kita kembali
kepada tema tersebut. Setelah itu kita akan membuka
serial baru dari ceramah-ceramah Ikhwan, yang temanya
insya Allah: Kajian-Kajian tentang Sirah Nabi dan
Tarikh Islam.

Ramadhan adalah bulan perasaan dan ruhani, serta saat
untuk menghadapkan din kepada Allah. Sejauh yang saya
ingat, ketika bulan Ramadhan menjelang, sebagian
Salafush Shalih mengucapkan selamat tinggal kepada
sebagian lain sampai mereka berjumpa lagi
dalam shalat 'Id. Yang mereka rasakan adalah ini bulan
ibadah, bulan untuk melaksanakan shiyam (puasa) dan
qiyam (shalat malam) dan kami ingin menyendiri hanya
dengan Tuhan kami.

Ikhwan sekalian, sebenarnya saya berupaya untuk
mencari kesempatan untuk mengadakan kajian Selasa pada
bulan Ramadhan, tetapi saya tidak mendapatkan waktu
yang sesuai. Jika sebagian besar waktu selama setahun
telah digunakan untuk mengadakan kajian-kajian tentang
Al-Qur'an, maka saya ingin agar waktu yang ada di
bulan Ramadhan ini kita gunakan untuk melaksanakan
hasil dari kajian-kajian tersebut. Apalagi, banyak di
antara ikhwan yang melaksanakan shalat tarawih dan
memanjangkannya, sampai mengkhatamkan Al-Qur'an satu
kali di bulan Ramadhan. Ini merupakan cara
mengkhatamkan yang indah. Jibril biasa membacakan dan
mendengarkan bacaan Al-Qur'an dari Nabi saw. sekali
dalam setahun. Nabi saw. mempunyai sifat dermawan, dan
sifat dermawan beliau ini paling menonjol terlihat
pada bulan Ramadhan ketika Jibril membacakan dan
mendengarkan bacaan Al-Qur'an beliau. Beliau lebih
dermawan dan pemurah dibandingkan dengan angin yang
ditiupkan. Kebiasaan membacakan dan mendengarkan
bacaan Al-Qur'an ini terus berlangsung sampai pada
tahun ketika Rasulullah saw. diberi pilihan untuk
menghadap kepada Ar-Rafiq Al-A'la (Allah swt. — pen.),
maka ketika itu Jibril membacakan dan mendengarkan
bacaan Al-Qur'an beliau dua kali. Ini merupakan
isyarat bagi Nabi saw. bahwa tahun ini merupakan tahun
terakhir beliau hidup di dunia.

Ikhwan sekalian, Ramadhan adalah bulan Al-Qur'an.
Rasulullah saw. pernah bersabda mengenainya,
"Puasa dan Al-Qur'an itu akan memberikan syafaat
kepada hamba di hari kiamat. Puasa akan berkata, *Ya
Rabbi, aku telah menghalangi-nya dari makan dan
syahwat, maka perkenankanlah aku memberikan
syafa 'at untuknya. ' 'Sedangkan Al-Qur'an akan
berkata, 'Ya Rabbi, aku telah mengbalanginya dan tidur
di malam hari, maka perkenankan aku memberikan syafaat
untuknya. 'Maka Allah memperkenankan ke-duanya
memberikan syafaat. " (HR. Imam Ahmad dan Ath
Thabrani)

Wahai Ikhwan, dalam diri saya terbetik satu pemikiran
yang ingin saya bicarakan. Karena kita berada di pintu
masuk bulan Puasa, maka hendaklah pembicaraan dan
renungan kita berkaitan dengan tema bulan Ramadhan.

Ikhwan sekalian, kita telah berbicara panjang lebar
tentang sentuhan perasaan cinta dan persaudaraan yang
dengannya Allah telah menyatukan hati kita, yang salah
satu dampaknya yang paling terasa adalah terwujudnya
pertemuan ini karena Allah. Bila kita tidak akan
berjumpa dalam masa empat pekan atau lebih, maka bukan
berarti bara perasaan ini harus padam atau hilang.
Kita tidak mesti melupakan prinsip-prinsip luhur
tentang kemuliaan dan persaudaraan karena Allah, yang
telah dibangun oleh hati dan perasaan kita dalam
majelis yang baik ini. Sebaliknya, saya yakin bahwa la
akan tetap menyala dalam jiwa sampai kita bisa
berjumpa kembali setelah masa liburan ini, insya
Allah. Jika ada salah seorang dari Anda melaksanakan
shalat pada malam Rabu, maka saya berharap agar ia
mendoakan kebaikan untuk ikhwannya. Jangan Anda
lupakan ini! Kemudian saya ingin Anda selalu ingat
bahwa jika hati kita merasa dahaga akan perjumpaan ini
selama pekan-pekan tersebut, maka saya ingin Anda
semua tahu bahwa dahaganya itu akan dipuaskan oleh
mata air yang lebih utama, lebih lengkap, dan lebih
tinggi, yaitu hubungan dengan Allah swt., yang
merupakan cita-cita terbaik seorang mukmin bagi
dirinya, di dunia maupun akhirat.

Karena itu, Ikhwan sekalian, hendaklah Anda semua
berusaha agar hati Anda menyatu dengan Allah swt. pada
malam-malam bulan mulia ini. Sesungguhnya puasa adalah
ibadah yang dikhususkan oleh Allah swt. bagi diri-Nya
sendiri.
"Semua amalan anak Adam adalah untuknya, kecuali
puasa. la untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasannya."

Ini, wahai Akhi, mengisyaratkan bahwa setiap amal yang
dilaksanakan oleh manusia mengandung manfaat lahiriah
yang bisa dilihat, dan di dalamnya terkandung semacam
bagian untuk diri kita. Kadang-kadang jiwa seseorang
terbiasa dengan shalat, sehingga ia ingin melaksanakan
banyak shalat sebagai bagian bagi dirinya.
Kadang-kadang ia terbiasa dengan dzikir, sehingga ia
ingin banyak berdzikir kepada Allah sebagai bagian
bagi dirinya. Kadang-kadang ia terbiasa dengan
menangis karena takut kepada Allah, maka ia ingin
banyak rnenangis karena Allah sebagai bagian bagi
dirinya. Adapun puasa, wahai Akhi, di dalamnya tidak
terkandung apa pun selain larangan. Ia harus
melepaskan diri dari bermacam keinginan terhadap apa
yang menjadi bagian dirinya. Bila kita terhalang untuk
berjumpa satu sama lain, maka kita akan banyak
berbahagia karena bermunajat kepada Allah swt. dan
berdiri di hadapan-Nya, khusus-nya ketika melaksanakan
shalat tarawih.

Ikhwan sekalian, hendaklah senantiasa ingat bahwa Anda
semua berpuasa karena melaksanakan perintah Allah swt.
Maka berusahalah sungguh-sungguh untuk beserta dengan
Tuhan Anda dengan hati Anda pada bulan mulia ini.
Ikhwan sekalian, Ramadhan adalah bulan keutamaan. la
mempunyai kedudukan yang agung di sisi Allah swt. Hal
ini telah dinyatakan dalam kitab-Nya, "(Beberapa hari
yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang
di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan
yang batil)." (Al-Baqarah:185)

Wahai Akhi, pada akhir ayat ini Anda mendapati: "Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu." (Al-Baqarah: 185) Puasa adalah
kemanfaatan yang tidak mengandung bahaya. Dengan
penyempurnaan puasa ini, Allah swt. akan memberikan
hidayah kepada hamba-Nya. Jika Allah memberikan taufiq
kepada Anda untuk menyempurnakan ibadah puasa ini
dalam rangka menaati Allah, maka ia adalah hidayah dan
hadiah yang patut disyukuri dan selayaknya Allah
dimahabesarkan atas karunia hidayah tersebut. "Dan
hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah
kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepada kalian, supaya kalian bersyukur.
(Al-Baqarah: 185) Kemudian, lihatlah wahai Akhi,
dampak dari semua ini. "Dan apabila hamba-hamba-Ku
bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah)
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa
kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku,
agar mereka selalu berada dalam kebenaran."
(Al-Baqarah; 186)

Wahai Akhi, di sini Anda melihat bahwa Allah Yang Maha
Benar meletakkan ayat ini di tempat ini untuk
menunjukkan bahwa Dia swt. paling dekat kepada
hamba-Nya adalah pada bulan mulia ini.

Allah swt. telah mengistimewakan bulan Ramadhan.
Mengenai hal ini terdapat beberapa ayat dan hadits.
Nabi saw. bersabda,
"]ika bulan Ramadhan datang, pintu-pintu surga dibuka,
pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu,
kemudian datang seorang penyeru dari sisi Allah Yang
Mahabenar swt "Wahai pencari kejahatan, berhentilah!
Dan wahai pencari kebaikan, kemarilah!'"

Wahai Akhi, pintu-pintu surga dibuka, karena manusia
berbondong-bondong melaksanakan ketaatan, ibadah, dan
taubat, sehingga jumlah pelakunya banyak. Setan-setan
dibelenggu, karena manusia akan beralih kepada
kebaikan, sehingga setan tidak mampu berbuat apa-apa.
Hari-hari dan malam-malam Ramadhan, merupakan
masa-masa kemuliaan yang diberikan oleh Al-Haq swt.,
agar orang-orang yang berbuat baik menambah
kebaikannya dan orang-orang yang berbuat jahat mencari
karunia Allah swt. sehingga Allah mengampuni mereka
dan menjadikan mereka hamba-hamba yang dicintai dan
didekatkan kepada Allah.

Keutamaan dan keistimewaan paling besar bulan ini
adalah bahwa Allah swt. telah memilihnya menjadi waktu
turunnya Al-Qur'an. Inilah keistimewaan yang dimiliki
oleh bulan Ramadhan. Karena itu, Allah swt.
mengistimewakan dengan menyebutkannya dalam
kitab-Nya." (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah)
bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al-Qur'an." (Al-Baqarah: 185)

Ada ikatan hakikat dan fisik antara turunnya Al-Qur'an
dengan bulan Ramadhan. Ikatan ini adalah selain bahwa
Allah telah menurunkan Al-Qur'an di bulan Ramadhan,
maka di bulan ini pula Dia mewajibkan puasa. Karena
puasa artinya menahan diri dari hawa nafsu dan
syahwat. Ini merupakan kemenangan hakikat spiritual
atas hakikat materi dalam diri manusia. Ini berarti,
wahai Akhi, bahwa jiwa, ruh, dan pemikiran manusia
pada bulan Ramadhan akan menghindari tuntutan-tuntutan
jasmani. Dalam kondisi seperti ini, ruh manusia berada
di puncak kejernihannya, karena ia tidak disibukkan
oleh syahwat dan hawa nafsu. Ketika itu ia dalam
keadaan paling siap untuk memahami dan menerima ilmu
dari Allah swt. Karena itu, bagi Allah, membaca
Al-Qur'an merupakan Ibadah paling utama pada bulan
Ramadhan yang mulia.

Pada kesempatan ini, Ikhwan sekalian, saya akan
meringkaskan untuk Anda semua pandangan-pandangan saya
tentang kitab Allah swt., dalam kalimat-kalimat
ringkas.

Wahai Ikhwan yang mulia, tujuan-tujuan asasi dalam
kitab Allah swt. dan prinsip-prinsip utama yang
menjadi landasan bagi petunjuk Al-Qur'an ada empat:

1. Perbaikan Aqidah
Anda mendapati bahwa Al-Qur'anul Karim banyak
menjelaskan masalah aqidah dan menarik perhatian
kepada apa yang seharusnya tertanam sungguh-sungguh di
dalam jiwa seorang mukmin, agar ia bisa mengambil
manfaatnya di dunia dan di akhirat. Keyakinan bahwa
Allah swt. adalah Yang Maha Esa, Yang Mahakuasa, Yang
menyandang seluruh sifat kesempurnaan dan bersih dari
seluruh kekurangan. Kemudian keyakinan kepada hari
akhir, agar setiap jiwa dihisab tentang apa saja yang
telah dlkerjakan dan ditinggal kannya. Wahai Akhi,
jika Anda mengumpulkan ayat-ayat mengenai aqidah dalam
Al-Qur'an, niscaya Anda mendapati bahwa keseluruhannya
mencapai lebih dari sepertiga Al-Qur'an. Allah swt.
berfirman dalam surat Al-Baqarah, "Hai manusia,
beribadahlah kepada Rabb kalian Yang telah menciptakan
kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar
kalian bertaqwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan
sebagai rezeki untuk kalian; karena itu janganlah
kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal
kalian mengetahui." (Al-Baqarah: 21-22)

Wahai Akhi, setiap kali membaca surat ini, Anda
mendapati kandungannya ini melintang di hadapan Anda.
Allah swt. juga ber-firman dalam surat Al-Mukminun,
"Katakanlah, 'Kepunyaan siapa-kah bumi ini, dan semua
yang ada padanya, jika kalian mengetahui?' Mereka akan
menjawab, 'Kepunyaan Allah.' Katakanlah, 'Maka apakah
kalian tidak ingat?' Katakanlah, 'Siapakah Yang
Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang
besar?' Mereka akan menjawab, 'Kepunyaan Allah.'
Katakanlah, 'Maka apakah kalian tidak bertaqwa?'
Katakanlah, 'Siapakah yang di tangan-Nya berada
kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi,
tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari
(adzab)-Nya, jika kalian mengetahui?' Mereka akan
menjawab, 'Kepunyaan Allah.' Katakanlah, '(Kalau
demikian), maka dari jalan manakah kalian ditipu?'
Sebenar-nya Kami telah membawa kebenaran kepada
mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang
berdusta." (Al-Mukminun: 84-90)

Allah swt. juga berfirman di surat yang sama, "Apabila
sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian
nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak pula
mereka saling bertanya. Barangsiapa yang berat
timbangan (kebaikannya) maka mereka itulah orang-orang
yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan
timbangan (kebaikannya), maka mereka itulah
orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka
kekal di dalam neraka Jahanam." (Al-Mukminun: 101-103)

Allah swt. juga berfirman, "Apabila bumi diguncangkan
dengan guncangan yang dahsyat. Dan bumi telah
mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya.
Dan manusia bertanya, 'Mengapa bumi (jadi begini)?'
Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. Karena
sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang
demikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia keluar
dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam,
supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan
mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrab pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat
dzarrab pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya
pula." (Az-Zalzalah: 1-8)

Allah swt. berfirman, "Hari Kiamat. Apakah hari Kiamat
itu? Tahukah kalian apakah hari Kiamat itu?"
(Al-Qari'ah: 1-3) Dalam surat lain Allah berfirman,
"Bermegah-megahan telah melalaikan kalian. Sampai
kalian masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak
kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian itu).
Dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui."
(At-Takatsur: 1-4)
Wahai Akhi, ayat-ayat mi menjelaskan hari akhirat
dengan pen-jelasan gamblang yang bisa melunakkan hati
yang keras.

2. Pengaturan Ibadah
Anda juga membaca firman Allah swt. mengenai ibadah.
"Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat."
(Al-Baqarah: 43) "...diwajib-kan atas kalian berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kalian." (Al-Baqarab: 183) "...mengerjakan haji adalah
kewa-jiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang
yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah." (All
Imran: 97) "Maka aku katakan kepada mereka, 'Mohonlah
ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun.'" (Nub: 10) Dan banyak lagi ayat-ayat lain
mengenai ibadah.

3. Pengaturan Akhlak
Mengenai pengaturan akhlak, wahai Akhi, Anda bisa
membaca firman Allah swt. "Dan demi jiwa serta
penyempurnaan (ciptaan)-nya. Maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya."
(Asy-Syams: 7-8) "...Sesungguhnya Allah tidak mengubah
keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan
yang ada dalam diri mereka sendiri." (Ar-Ra'd:11)
"Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan
orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal
saja yang dapat mengambil pelajaran. (Yaitu)
orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak
merusak perjanjian. Dan orang-orang yang sabar karena
mencari ridha Tuhannya, mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada
mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta
menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah
yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). (Yaitu)
surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama
dengan orang-orang yang shalih dari bapak-bapaknya,
istri-istrinya dan anak cucunya, sedang
malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari
semua pintu. (Sambil mengucapkan), 'Salamun 'alaikum
bima shabartum (keselamatan atasmu berkat
kesabaranmu),' maka alangkah baiknya tempat kesudahan
itu." (Ar-Ra'd: 19-24) Wahai Akhi, Anda mendapati
bahwa akhlak-akhlak mulia bertebaran dalam kitab Allah
swt. dan bahwa ancaman bagi akhlak-akhlak tercela
sangatlah keras. "Dan orang-orang yang memutuskan
apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan
mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang
memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman
yang buruk (Jahanam)." (Ar-Ra'd: 25)

Inilah peraturan-peraturan tersebut, Ikhwan sekalian,
sebenarnya, peraturan-peraturan itu lebih tinggi
daripada yang dikenal oleh manusia, karena di dalamnya
terkandung semua yang dikehendaki manusia untuk
mengatur urusan masyarakat. Ketika mengupas sekelompok
ayat, maka Anda mendapati makna-makna ini jelas dan
gamblang. "Seperempat Juz Khamr" yang diawali dengan
"Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi"
(Al-Baqarah: 219), mengandung lebih dari dua puluh
lima hukum praktis: tentang khamr, judi, anak-anak
yatim, pernikahan laki-laki dan wanita-wanita musyrik,
haid, sumpah, ila', talak, rujuk, khuluk, nafkah, dan
hukum-hukum lainnya yang banyak sekali Anda dapatkan
dalam seperempat juz saja. Hal ini karena surat
Al-Baqarah datang untuk mengatur masyarakat Islam di
Madinah.

Ikhwan tercinta, hendaklah Anda semua menjalin
hubungan dengan kitab Allah. Bermunajatlah kepada
Tuhan dengan kitab Allah. Hendaklah masing-masing dari
kita memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang telah
saya sebutkan ini, karena itu akan memberikan manfaat
yang banyak kepada Anda, wahai Akhi. Insya Allah Anda
akan mendapatkan manfaat darinya.

Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Sayidina
Muhammad dan kepada segenap keluarga dan sahabatnya.

from : ceramah2 hasan Al Banna, EraIntermedia.

0 komentar: