Thursday, September 22, 2005

Belajar Syukur dari Asma Allah

Salah satu asma Allah yang berkaitan dengan kesyukuran adalah Asy-Syakur yang artinya Maha Pembalas Budi (Menghargai), demikian menurut terjemahan wikipedia.

Dalam Al-Qur’an, keMaha-syukuran Allah dibuktikan dalam surat dan ayat berikut:
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. (QS Al-Baqarah [2]: 261)
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (QS Al-Zalzalah [99]: 7).


Dan banyak lagi ayat-ayat yang menerangkan bagaimana Allah menjanjikan serta menyebut-nyebut balasan kebaikan bagi hambaNya yang beramal sholeh. Hal itu karena sifat kemaha Pembalas budi-an Allah SWT.

Dan terhadap ni`mat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.(Qs.Dhuha [93] : 11)

Demikianlah Allah SWT, disamping memberi suatu perintah namun juga disertai dengan mengajarkannya.
Ahmad Ibnu Faris dalam bukunya Maqayis Al-Lughah menyebutkan salah satu makna dasar dari kata syukur adalah Pujian karena adanya kebaikan yang diperoleh. Dan selanjutnya mengatakan bahwa hakikat kata syukur adalah merasa ridha atau puas dengan sedikit sekalipun.

Hal ini bila dikaitkan lagi dengan Asma Allah Asy-Syakur, bahwa Allah akan membalas kebaikan walau itu sebesar biji dzarrahpun maka artinya sekecil apapun kebaikan yang telah diperbuat hambaNya, Allah membalasnya dalam jumlah yang jauh lebih banyak, baik dalam pujian dan dalam janji-janji serta tentu saja dalam bentuk karunia langsung atau tidak langsung.

Berdasarkan janji Allah Ta’ala dalam QS.Ibrahim [14]:7, ……`Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu,……” maka "syukur" mengisyaratkan "Siapa yang merasa puas atau mampu mensyukuri dari yang kecil atau sedikit, maka ia akan memperoleh banyak kebaikan, kelebatan dan kesuburan karenanya", atau istilah yang lazimnya adalah berkah.
Dalam istilah arab, syakur bermakna bahwa seekor keledai dapat gemuk dengan rumput yang sedikit, dan setangkai tanaman dapat tumbuh hanya dengan awan yang menggantung sajapun.
Jadi seandainya seseorang senantiasa sibuk mensyukuri apa-apa yang telah dikaruniakanNya, maka sesungguhnya ia sedang mengoptimalkan manfaat dan hatur terimakasih atas karunia dari dan kepada Allah, kemudian Allah melengkapi kesyukurannya itu berupa menambahkan karuniaNya karena sifat keMaha-syukuran Allah SWT. Oleh karena itu kesyukuran yang cukup itu mencukupkan kebutuhan hawa nafsu yang seringkali mengajak manusia untuk melampaui batas.

Bila Allah saja mencontohkan bagaimana membalas amal sholeh hambanya walau sebesar dzarrah, maka seperti itu pula syukur seorang hamba terhadap Zat yang telah memberi banyak karunia pada dirinya.

Jadi, sudah cukupkah ucap terimakasih dan syukur kita (dari lubuk hati paling dalam) melalui dzikir harian kepadaNya(?!)
Seberapa banyak pula kita telah apresiasikan kesyukuran kita (atas karuniaNya) dalam sujud-sujud panjang keseharian kita(?!)
Lalu, masih beratkah berbagi setelah disadari bahwa pemberianNya tlah begitu melimpah(?!)

Ayoo maya! tingkatkan syukurmu, aktualisasikan dalam amal dan berbagilah dengan apa yang kau punya!