Thursday, August 25, 2005

Allah Mengetahui Bahwa Kita Sibuk, maka...


Oleh : Ust. Musyaffa A. Rahim, Lc.

Di dalam al mustakhlash fi tazkiyatil anfus Sa'id Hawa
rahimahullah menyebutkan 13 sarana yang bisa kita
jadikan sebagai wasilah untuk mendekatkan diri kita
kepada Allah swt. Mulai dari shalat,
zakat-infaq-sedekah, puasa, haji, tilawatul qur'an,
dzikrullah, tafakkur alam dan seterusnya.

Meskipun demikian, kita masih sering merasakan adanya
kekeringan ruhani, karena kita memang sangat jarang
mengalirinya dengan siraman-siraman ruhani yang berupa
sarana-sarana tersebut. Atau istilah accu-nya, kita
jarang ngeces accu dan baterai ruhani yang kita miliki
dengan sarana-sarana Islamiyyah itu tadi.

Alasan yang sering kita kemukakan selalu sama dan
klasik: sibuk dan repot alias susah mengatur dan
mendapatkan waktu senggang untuk menyiram dan
mengecesnya.

Kadangkala, kalau kita sedang berkumpul dengan sesama
kader, kita ingat bahwa ruhani kita sedang sangat
kekeringan. Namun begitu keluar dari majlis ikhwah,
kita kembali lagi menjadi manusia-manusia yang
"sibuk".

Namun, kita perlu mengingat bahwa kesibukan kita tidak
berarti meninggalkan langkah-langkah untuk melakukan
siraman-siraman dan pengecesan ruhani kita.

Mari kita renungkan bersama firman Allah swt berikut
ini:

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu
berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam,
atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian
pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu.
Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah
mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat
menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia
memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa
yang mudah (bagimu) dari Al Qur'an. Dia mengetahui
bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit
dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi
yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang
mudah (bagimu) dari Al Qur'an dan dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman
kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja
yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh
(balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang
paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan
mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al Muzzammil: 20).

Ayat ini menjelaskan bahwa:

1. Allah swt mengetahui bahwa kemampuan kita dalam
berqiyamullail berbeda-beda, ada yang hampir mampu
mencapai 2/3 malam, ada yang mampu setengah malam, ada
yang sepertiga malam.

2. Allah swt-lah yang membuat ukuran-ukuran siang dan
malam.

3. Allah swt mengetahui bahwa kita ini lemah dan tidak
akan mampu memenuhi kewajiban (ya, waktu itu
qiyamullail setengah malam adalah kewajiban kaum
muslimin) itu.

4. Allah swt mengetahui bahwa diantara kita ada yang
sakit, ada yang sibuk mencari ma'isyah, ada yang sibuk
berperang fi sabilillah.

Meskipun Dia mengetahui kesibukan kita, namun Dia
tetap memerintahkan kepada kita untuk:

1. Membaca Al Qur'an (bahkan diulang dua kali) sesuai
dengan kemudahan kita.

2. Menegakkan shalat.

3. Membayar zakat, dan

4. Memberikan pinjaman yang baik kepada Allah swt
(sedekah dan semacamnya).

5. Banyak-banyak beristighfar.

Artinya, betapapun kesibukan yang melanda kita, kita
tidak boleh melupakan tugas menyirami ruhani kita dan
mengecesnya dengan berbagai sarana yang ada.

Ada banyak cara yang ditawarkan oleh Islam agar kita
tetap bisa mendapatkan kesempatan melakukan siraman
dan pengecesan ruhani kita. Diantaranya adalah:

1. Kita harus mensplit waktu-waktu yang kita miliki
agar muncul menjadi berbagai macam saat, sehingga di
hadapan kita akan muncul sederet waktu yang bisa kita
daya gunakan.

Pada suatu kali seorang sahabat yang bernama Hanzhalah
bertemu Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu.
Begitu bertemu Hanzhalah berkata: Nafaqa Hanzhalah
(Hanzhalah menjadi munafiq). Mendengar pernyataan
seperti itu Abu Bakar kaget, lalu berkata: "Kenapa?
Hanzhalah berkata: "Kalau kita berada di majlis nabi
saw seakan kita melihat dengan kepala kita sendiri
suasana surga danneraka, akan tetapi begitu ketemu
anak-anak, kita lupa semua yang kita rasakan tadi".
Mendengar penjelasan seperti itu Abu Bakar menjawab:
"Kalau begitu sama dengan saya". Singkat cerita
keduanya mendatangi nabi saw. Setelah keduanya
menceritakan apa yang dirasakannya, nabi saw menjawab:
"$B!D(B Akan tetapi sa-'ah wa sa-'ah". Maksudnya:
bagilah (spiltlah) waktumu agar ada saat untuk ini dan
ada saat untuk itu. (HR Bukhari).

2. Kita harus pandai memanfaatkan "serpihan-serpihan"
waktu yang kita miliki dan mendaya gunakannya untuk
melakukan penyiraman dan pengecesan ruhani kita.

Pada suatu hari Rasulullah saw memperingatkan bahaya
memaksakan diri sendiri untuk memperbanyak ibadah.
Beliau bersabda: "Sesungguhnya agama ini mudah, dan
tidak ada yang memberat-beratkan diri sendiri kecuali
agama itu akan mengalahkannya, karenanya, luruskan
langkah dan kokohkan, berusahalah untuk selalu
mendekati (target ideal), bergembiralah (jangan
pesimis), dan meminta tolonglah dengan waktu pagi,
waktu sore dan sedikit malam". (HR Bukhari).

Saudara-saudara yang dimuliakan Allah $B!D(B

3. Terakhir sekali, kita harus pandai-pandai membuat
diversifikasi acara (keragaman acara) agar tidak cepat
bosan, ingatlah bahwa "sesungguhnya Allah swt tidak
bosan sehingga kita bosan, dan bebanilah jiwa ini
sesuai dengan kadar kemampuannya, dan bahwasanya amal
yang paling dicintai Allah swt adalah yang kontinyu"
(HR Ahmad, Abu Daud dan An-nasa-i).

Semoga Allah swt memberikan taufiq, bimbingan dan
kekuatan kepada kita untuk istiqamah di atas jalan
agama-Nya, amiiin.


Berbuatlah adil, karena adil lebih dekat kepada taqwa
(al Maaidah: 8)

1 komentar:

Anonymous said...

Where did you find it? Interesting read »